Catatan ini saya tulis
ketika saya benar-benar tak mempunyai jawaban atas segala apa yang ada didalam
kepala saya. Saya tidak tahu mana yang harus saya dulukan terlebih dahulu,
apakah keinginan saya untuk menjadi penulis atau sebuah permintaan bantuan dari
seorang teman, agar saya menjadi ketua sebuah organisasi kampus.
Ketika saya membaca
biografi dari seorang Dan Brown, untuk menjadi seorang novelis ternyata butuh
pengorbanan yang luar biasa. Dan Brown adalah seorang penulis novel yang
penjualan bukunya mengalahkan penjualan Al Kitab. Sebenarnya saya sendiri belum
pernah membaca satupun dari novelnya. Hanya saja saya pernah membaca ulasan
dari seorang penulis tentang bukunya yang berjudul The Davinci Code, ia mengatakan
itu adalah buku kedua yang mampu membawanya terhanyut ke dalam cerita novel,
tidak seperti novel-novel yang biasa ia baca. Sebagiamana penulis novel, saya
juga merasakannya. Setiap kali membaca novel-novel bagus saya biasanya akan
membacanya secara jeli, memperhatikan tanda baca, memperhatikan bagaimana
penulis memainkan analogi dan metafora, konflik cerita, Point Of View, narrator atau siapa yang menjadi pengkisah dalam
cerita, dan tentunya masih banyak lagi yang bisa di perhatikan secara jeli. Namun
tanpa di sadari atau tidak cara membaca seperti ini benar-benar sangat
melelahkan. Dan membuat mata saya sesekali buka tutup dan secara keseluruhan
saya kurang menikmati ceritanya. Namun kata seorang penulis yang mengulas The Davinci Code. Buku itu telah melupakan
segalanya, membuatnya benar-benar hanyut dalam cerita yang di tulis Dan Brown.
Saking luar biasanya
novel tersebut. Si penulis tadi menyebutkan bahwa novel itu adalah novel yang selalu
ia bawa kemana-mana dan membuatnya selalu penasaran dengan kelanjutan cerita. Dan
dalam buku biografi Dan Brown yang di tulis oleh Lisa Rogak, selama penulisan
bukunya Dan Brown mengorbankan banyak hal; meninggalakan pekerjaannya sebagai
guru di sekolah; meninggalkan kariernya dalam dunia music sebagai seorang
penulis lagu. Seperti itulah Dan Brown bekerja untuk menulis novel, sehingga
yang terjadi novelnya membuat seorang penulis lupa akan tugas mengamati dan
benar-benar hanyut dalam cerita. Itu artinya untuk menulis novel yang bagus dan
berkualitas kita harus memberikan focus tersendiri terhadap bidang yang ingin
di tekuni. Meski harus mengorbankan banyak, tapi untuk hasil yang memuaskan
segala pengorbanan sepertinya harus di lakukan. Sebagaiman pepatah mengatakan,
bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian, barangkali seperti itu.
Sementara andaikata
kita memiliki pekerjaan yang luar biasa sibuknya atau luar biasa repotnya apa
mungkin kita akan dapat membuat novel yang bagus, semacam novel The Davinci
Code. Sepertinya saya lupa sesuatu. Dalam buku biografi yang di tulis Lisa
Rogak tadi, Dan mengatakan selama proses pengerjaan novelnya ia selalu bangun
jam 4 pagi untuk menulis novel, menurutnya itu adalah waktu dimana proses
kreatif untuk menulis sedang melimpah. Sementara di luar jam itu banyak kesibukan
yang harus Dan kerjakan. Termasuk riset untuk novel yang tengah atau akan ia
kerjakan.
Barangkali ini adalah
sebuah tantangan, sebagai seorang penulis tidak seharusnya kita banyak mengeluh
tentang kesibukan, tentang lingkungan yang kurang kondusif, tentang jurusan
kuliah yang salah atau perkara-perkara lain yang seenaknya kita buat-buat
sebagai alasan kenapa kita tidak bisa menulis secara produktif. Dalam agama
saya mengajarkan Allah menguji suatu hambanya tidak melebihi batas kemampuan
hambanya. Bukankah itu sudah jelas bahwa tidak ada alasan untuk mengeluh. Sebagaimana
kita tahu, orang akan menganggap kita hebat ketika beban yang kita tanggung
terlalu berat dan cenderung mustahil. seorang perawat tidak mungkin menulis
novel karena bukan dari jurusan sastra. Seorang yang bukan siapa-siapa tidak
mungkin menjadi siapa-siapa. Seorang yang miskin tidak mungkin sekolah
tinggi-tinggi. Seorang perempuan tidak mungkin menjadi sopir truck. Seperti itulah
barangkali apa yang di katakana mustahil bagi kebanyakan orang. Dan coba
bayangkan bagaimana jika kau adalah seseorang yang mampu mematahkan kata
mustahil itu dan menunjukkan pada mereka bahwa kau adalah orang yang mampu
menghancurkan kata mustahil tadi.
Oleh karena itu saya rasa tidak ada salahnya
untuk membantu serang teman dan tetap membawa apa yang menjadi keinginan kita,
meski jalan untuk mencapai keinginan itu agak terasa berat, jika kita pikirkan
secara rasional. Namun perlu di catat kita tidak pernah tahu apa yang akan
terjadi besok. Semuanya adalah rahasia ilahi, Allah selalu ada untuk
hamba-hambanya yang meminta pertolongan.[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar