Rabu, 25 Januari 2017

Menjadi Salah Satu yang Mustahil


Catatan ini saya tulis ketika saya benar-benar tak mempunyai jawaban atas segala apa yang ada didalam kepala saya. Saya tidak tahu mana yang harus saya dulukan terlebih dahulu, apakah keinginan saya untuk menjadi penulis atau sebuah permintaan bantuan dari seorang teman, agar saya menjadi ketua sebuah organisasi kampus.

Ketika saya membaca biografi dari seorang Dan Brown, untuk menjadi seorang novelis ternyata butuh pengorbanan yang luar biasa. Dan Brown adalah seorang penulis novel yang penjualan bukunya mengalahkan penjualan Al Kitab. Sebenarnya saya sendiri belum pernah membaca satupun dari novelnya. Hanya saja saya pernah membaca ulasan dari seorang penulis tentang bukunya yang berjudul The Davinci Code, ia mengatakan itu adalah buku kedua yang mampu membawanya terhanyut ke dalam cerita novel, tidak seperti novel-novel yang biasa ia baca. Sebagiamana penulis novel, saya juga merasakannya. Setiap kali membaca novel-novel bagus saya biasanya akan membacanya secara jeli, memperhatikan tanda baca, memperhatikan bagaimana penulis memainkan analogi dan metafora, konflik cerita, Point Of View, narrator atau siapa yang menjadi pengkisah dalam cerita, dan tentunya masih banyak lagi yang bisa di perhatikan secara jeli. Namun tanpa di sadari atau tidak cara membaca seperti ini benar-benar sangat melelahkan. Dan membuat mata saya sesekali buka tutup dan secara keseluruhan saya kurang menikmati ceritanya. Namun kata seorang penulis yang mengulas The Davinci Code. Buku itu telah melupakan segalanya, membuatnya benar-benar hanyut dalam cerita yang di tulis Dan Brown.

Saking luar biasanya novel tersebut. Si penulis tadi menyebutkan bahwa novel itu adalah novel yang selalu ia bawa kemana-mana dan membuatnya selalu penasaran dengan kelanjutan cerita. Dan dalam buku biografi Dan Brown yang di tulis oleh Lisa Rogak, selama penulisan bukunya Dan Brown mengorbankan banyak hal; meninggalakan pekerjaannya sebagai guru di sekolah; meninggalkan kariernya dalam dunia music sebagai seorang penulis lagu. Seperti itulah Dan Brown bekerja untuk menulis novel, sehingga yang terjadi novelnya membuat seorang penulis lupa akan tugas mengamati dan benar-benar hanyut dalam cerita. Itu artinya untuk menulis novel yang bagus dan berkualitas kita harus memberikan focus tersendiri terhadap bidang yang ingin di tekuni. Meski harus mengorbankan banyak, tapi untuk hasil yang memuaskan segala pengorbanan sepertinya harus di lakukan. Sebagaiman pepatah mengatakan, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian, barangkali seperti itu.

Sementara andaikata kita memiliki pekerjaan yang luar biasa sibuknya atau luar biasa repotnya apa mungkin kita akan dapat membuat novel yang bagus, semacam novel The Davinci Code. Sepertinya saya lupa sesuatu. Dalam buku biografi yang di tulis Lisa Rogak tadi, Dan mengatakan selama proses pengerjaan novelnya ia selalu bangun jam 4 pagi untuk menulis novel, menurutnya itu adalah waktu dimana proses kreatif untuk menulis sedang melimpah. Sementara di luar jam itu banyak kesibukan yang harus Dan kerjakan. Termasuk riset untuk novel yang tengah atau akan ia kerjakan.

Barangkali ini adalah sebuah tantangan, sebagai seorang penulis tidak seharusnya kita banyak mengeluh tentang kesibukan, tentang lingkungan yang kurang kondusif, tentang jurusan kuliah yang salah atau perkara-perkara lain yang seenaknya kita buat-buat sebagai alasan kenapa kita tidak bisa menulis secara produktif. Dalam agama saya mengajarkan Allah menguji suatu hambanya tidak melebihi batas kemampuan hambanya. Bukankah itu sudah jelas bahwa tidak ada alasan untuk mengeluh. Sebagaimana kita tahu, orang akan menganggap kita hebat ketika beban yang kita tanggung terlalu berat dan cenderung mustahil. seorang perawat tidak mungkin menulis novel karena bukan dari jurusan sastra. Seorang yang bukan siapa-siapa tidak mungkin menjadi siapa-siapa. Seorang yang miskin tidak mungkin sekolah tinggi-tinggi. Seorang perempuan tidak mungkin menjadi sopir truck. Seperti itulah barangkali apa yang di katakana mustahil bagi kebanyakan orang. Dan coba bayangkan bagaimana jika kau adalah seseorang yang mampu mematahkan kata mustahil itu dan menunjukkan pada mereka bahwa kau adalah orang yang mampu menghancurkan kata mustahil tadi.

Oleh karena itu saya rasa tidak ada salahnya untuk membantu serang teman dan tetap membawa apa yang menjadi keinginan kita, meski jalan untuk mencapai keinginan itu agak terasa berat, jika kita pikirkan secara rasional. Namun perlu di catat kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi besok. Semuanya adalah rahasia ilahi, Allah selalu ada untuk hamba-hambanya yang meminta pertolongan.[]


Tidak ada komentar:

Posting Komentar