Senin, 06 Februari 2017

Dan Brown, Lisa Rogak

Ia memulai kariernya dari seorang penulis lagu, kemudian merambat menjadi penulis buku komedi, yang merupakan kontrak dari sebuah penerbit. Hingga akhirnya ia memilih untuk focus dalam dunia kepenulisan. Menjadi penulis novel purna waktu. Itulah Dan Brown, seorang penulis novel yang penjualan bukunya mengalahkan penjualan al kitab.

Dari buku biografi Dan Brown yang di tulis oleh Lisa Rogak, menceritakan banyak tentang kisah hidup Sang Novelis.

Saya tidak tahu dari mana mau mulai menceritakan kisah hidupnya, saya sedikit bingung sebab seluruh tahap yang di lalui Dan Brown untuk menulis novel memang sangat menarik untuk di simak.

Essai Pertama Dan Brown saat di bangku kuliah mendapat koreksi besar-besaran dari dosennya, 90% tulisan Brown di pangkas karena mengandung kata sifat. Dan mulai dari situ ia mendapatkan pernyataan, "Lebih Sederhana lebih baik.", Begitu ujar Mr. Heath, yang memberi nilai C-minus pada essainya.

Memang pada dasarnya Dan Brown memiliki kecintaan pada menulis fiksi dan menulis lagu. Setelah ia lulus dari Phillips Exeter Academy ia berkarier dulu dalam dunia musik sebagai penulis lagu sebelum akhirnya ia menemukan Blythe, seorang perempuan yang usianya 12 tahun lebih tua dari Brown, perempuan inilah yang nantinya akan menjadi istri Dan Brown, sekaligus menjadi perempuan yang selalu mendukung dan membantunya dalam menyelesaikan novel-novelnya.

Dari buku ini saya suka konsistensi Brown dalam menulis, ia selalu bangun pagi jam 4 untuk menulis. Katanya itu adalah waktu dimana kreativitasnya memuncak dan sekaligus waktu luang di mana ia tidak memikirkan kesibukan-kesibukan lainnya. Sebelumnya memang Brown adalah seorang guru bahasa Inggris di suatu sekolah.

Yang paling saya suka dari buku yang di tulis Lisa Rogak tentang Dan Brown adalah:

"Brown tahu sebagian novelis menulis secara spontan, memulainya dengan ide atau gambaran, lalu menulis untuk mencari tahu kemana semua itu mengarah. Dalam karya literatur bertempo lamabat dan ketegangan bukan bagian penting dalam plot, Brown bisa memahaminya. Namun, jenis cerita yang ingin di tulisnya bergantung pada pembentukan banyak ketegangan, menjaga agar para pembaca tetap menebak-nebak apa yang akan terjadi selanjutnya, dan memasukkan banyak kejutan—dengan kata lain, novel yang membuat penasaran agar terus dibaca. Menurut Brown, hal seperti itu tidak terjadi begitu saja, kau harus merencanakannya."

Kau harus merencanakannya, saya setuju jika sekaligus baru mengerti jika memang kebanyakan penulis novel mulai menulis dengan ide dan gambaran saja, hingga akhirnya ia menulis untuk mencari tahu, mau kemana tulisan itu. Sementara Dan Brown bekerja dengan merencanakan. Barangkali itu semacam membuat kerangka cerita dulu sebelum menulis cerita. Beberapa penulis ada yang melakukannya dan beberapa ada yang tidak. Jujur saya adalah penulis yang tidak membuat kerangka cerita sebelum menulis, namun saya juga pernah membuat kerangka cerita dalam menulis cerita. Kadang saya berpikir saya terlalu naif, atau barangkali terlalu malas untuk memperbaiki cerita.

Dari buku ini, kurang lebih saya mengerti tentang kehidupan seorang novelis yang akhirnya buku pertama dan kedua cetak ulang setelah buku selanjutnya menuai kesuksesan. Mungkin seperti itulah hukum pembelian dalam dunia penjuan buku. Bagaimana rasanya di gugat dan diserang ketika bukumu sukses. Dan bagaimana seorang penulis ingin menyendiri dan menetap di daerah yang asing karena ingin menyelesaikan buku selanjutnya. Dan dari sini juga saya tahu jika Dan Brown pada usia 5 tahun telah menulis buku yang kemudian ia beri judul, The Giraffe, the pig, and the Pants on Fire.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar