Jumat, 14 Oktober 2016

Eka Kurniawan: Corat-coret di Toilet

Dulu saat masih duduk di bangku sekolah dasar, pergi ke toilet adalah suatu perkara yang kalau bisa tak pernah dilakukan, kecuali jika dalam keadaan-keadaan genting. Bahkan beberapa anak rasanya sama sepertiku enggan sekali pergi ke toilet. Itulah mengapa dulu banyak sekali tragedi-tragedi memilukan, atau barangkali memalukan bagi si pelaku. Tragedi itu tidak lain adalah buang eek di celana.

Dalam cerpen Eka Kurniawan, Corat-coret di Toilet ini salah satunya mengingatkan pada saya masa-masa dimana toilet menjadi tempat untuk menyalurkan segala aspirasi yang ternyata tidak di terima di surat kabar, koran, atau media-media lainnya. Di dinding-dinding toilet saat itu terdapat banyak sekali tulisan atau barangkali Corat-coret sebab tidak hanya tulisan yang terpampang disana ada gambar-gambar aneh, mengerikan, bahkan ada juga gambar-gambar yang jika ditampilkan kan di televisi patut sekali untuk disensor, terpampang gagah didinding toilet. Itulah barangkali salah satu alasan mengapa kami dulu enggan untuk ke toilet.

Setelah membaca buku kumpulan cerpen Corat-coret di Toilet ini. Kiranyanya saya sedikit paham mengapa cerpen-cerpen saya kebanyakan tak dimuat di media-media setelah saya kirimkan dan tunggu hingga berminggu-minggu. Barangkali itu wajar saja. Setelah saya membaca cerpen-cerpen Eka dan membandingkan dengan cerpen-cerpen yang saya buat. Kiranya cerpen saya kalah dalam banyak hal.

Ibarat manusia barangkali cerpen saya kurang memiliki tangan yang kuat, kakinya lecil, dan badannya apalagi. Sehingga manapantas untuk ditampilkan dan disukai pembaca. Di cerpen-cerpen yang terangkum dalam buku Corat-coret di Toilet, Eka seperti membuat saya terlempar jauh ke masa lalu. Setting yang dibuat Eka ternyata sangat kuat. Itu saya rasakan hampir diseluruh cerpen Eka, diantaranya dalam cerpen Peterpan, Hikayat Orang Gila, Rayuan Dusta untuk Marietje, dan Siapa Kirim Aku Bunga. Dalam cerpen itu setting masa lalu yang Eka buat ternyata sungguh menawan, dan sesekali membuat saya geleng-geleng kepala. Rasanya hal semacam ini perlu saya lakukan di cerpen-cerpen saya selanjutnya. Saya kasih tahu sedikit ya kawan di cerpen-cerpen itu Eka memasukkan peristiwa-peristiwa besar yang terjadi pada masa lalu dimana kisah itu sedang berlangsung.

Dan ada lagi yang rasanya saya belum mahir, yakni menjadi narator yang menyenangkan. Eka bisa membuat saya terpingkal-pingkal disana-sini. Cara berkelakar Eka terasa bebas dan cerdas, ia juga menyuguhkan analogi-analogi yang kaya dan tidak kering.

Oh iya, saya rasa di cerpen-cerpen ini Eka gemar sekali membahas pemerintahan, peristiwa-peristiwa besar yang pernah terjadi di Indonesia. Dan satu lagi Eka sering membahas dunia-dunia mahasiswa salah satunya di cerpen Kandang Babi.

Kiranya itu yang saya peroleh setelah membaca Corat-coret di Toilet, Eka Kurniawan. Keseluruhannya silahkan kawan-kawan baca sendiri, sepertinya lebih menyenangkan jika teman-teman membacanya sendiri. Sekarang pilih mana makan es krim sendiri atau saya ceritai bagaimana enaknya makan es krim.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar