Senin, 03 Oktober 2016

Bernard Batubara: Metafora Padma

Ini adalah buku ke sembilan Bernard Batubara. Metafora Padma merupakan buku kumpulan cerpen yang terdiri dari 14 cerpen. Sebelum membahas lebih jauh tentang buku ini. Lebih baik saya utarakan terlebih dahulu bahwa ini adalah salah satu buku yang istimewa. Kenapa? Pasti kalian akan tanya seperti itu. Baiklah akan saya jawab. Pertama buku ini saya dapatkan gratis tis tis, langsung di kasih penulisnya setelah saya menjawab pertanyaan, apa judul buku pertama Bara? Tentu saja saya jawab dengan lantang, keras (tanpa microphone) dan sangat percaya diri 'Angsa-angsa Ketapang' meski saya belum pernah baca buku kumpulan puisi itu. Setidaknya saya tahu judulnya.

Kedua buku ini ada tanda tangan Bernard Batubara dan yang diberikan untuk Fatah Ans(h)ori, meski salah tulis tidak ada huruf h dalam kata Anshori. Tapi tidak apa-apa paling tidak ia telah mendengar nama saya dan telah menuliskan nama saya, dalam sebuah kertas. Ketiga buku ini adalah buku yang dikerjakan secara bersama-sama. Desain sampul langsung dari Eka Kurniawan, salah satu penulis yang sering saya baca tulisan atau jurnalnya. Ilustrasi dari Ega Lathoya, saya tidak begitu tahu tentangnya tapi saya suka ilustrasi-ilustrasi yang ia buat untuk cerpen-cerpen Bara. Dan di ucapan terimakasih Bara juga menyebut nama Dea Anugrah, dia baru saja menerbitkan buku cerpen dengan judul 'Bakat Menggonggong' dan beberapa cerpennya ternyata telah banyak di muat di berbagai media. Ternyata perjalanan menulis saya masih jauh dan harus banyak belajar. Sisakan 3 jam dalam sehari untuk membaca dan menulis maka 10 tahun lagi akan kau dapatkan apa itu yang dinamakan keahlian, kurang lebih seperti itu kata Malcolm Gladwel.

Pertama kali saya membaca Bernard Batubara yakni dari buku kumpulan cerpenmya yang berjudul Jatuh Cinta adalah Cara Terbaik untuk Bunuh Diri, mungkin dari situlah sekarang saya keranjingan menulis cerpen. Jika dibandingkan dengan buku kumpulan cerpennya yang sebelumnya Metafora Padma ini terkesan agak berani. Dalam beberapa cerpen di Metafora Padma agaknya Bara menulis dengan gaya realisme. Semisal dalam cepen yang berjudul Sepenggal Dongeng Bulan Merah, yang diakhir-akhir cerita menggambarkan Manulais, seorang lelaki yang berjalan menuju bulan merah dan menemukan perempuan yang ia cintai didalam bulan merah itu. Atau dalam cerpen Gelembung, cerpen ini singkatnya berkisah tentang seseorang yang bangun dari tidurnya. Dan menemukan dirinya dilingkupi gelembung, semacam gelembung sabun yang besar dan tidak bisa pecah. Hal-hal semacam itu didunia nyata barangkali tidak ada.

Jika dibandingkan dengan buku cerpen Bara yang sebelumnya, Jatuh Cinta adalah Cara Terbaik untuk Bunuh Diri. Yang sebagian besar cerpen-cerpennya mengambil POV orang pertama. Di Metafora Padma Bara entah mengapa mengambil POV yang bermacam-macam, omnisciene, dalam cerpen Percakapan Kala Hujan dan Alasan, misalnya. Disini seolah Bara menunjukkan kematangannya dalam bercerita.

Didalam cerpennya yang pertama, Perkenalan. Saya melihat A.S. Laksana bercerita dalam Murjangkung. Dalam cerpen itu yang menjadi narator adalah arwah yang sedang merasuki seorang anak. Disini Bara menggunakan narator yang tidak afdol seperti kebanyakan cerpen A.S. Laksana dalam Murjangkung. Tidak hanya itu saja jika A.S Laksana lebih hobi menjadikan setan sebagai narator. Di Metafora Padma akan kita temukan barang-barang atau benda yang sering kita jumpai dalam sehari-hari bisa bercerita dan mengungkapkan monolog interiornya. Semisal dalam cerpen Rumah dan Solilokui Natalia.

Keseluruhan saya suka cerpen-cerpennya, setidaknya menunjukkan pada saya bahwa saya harus banyak belajar, belajar dan belajar terus sebab begitu banyak teknik atau hal-hal dalam penulisan yang belum saya ketahui. Oh hampir lupa, di buku kesembilan Bara ini. Menurut saya, Ia terlihat lebih dewasa. Banyak sekali kalimat-kalimat filosofis yang berjejalan di cerpen-cerpennya. Semisal di Metafora Padma itu sendiri. Silahkan baca sendiri jika tidak percaya. Satu lagi, setelah baca buku ini saya baru tahu kalau Padma itu nama lain dari Lotus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar