Minggu, 11 Desember 2016

Norwegian Wood, Haruki Murakami

Ini adalah pertama kalinya saya membaca Murakami. Novel Norwegian Wood, Haruki Murakami ini selesai saya baca dalam kurun waktu sekitar empat minggu atau satu bulan. Sastrawan asal Jepang ini benar-benar membuat saya berpikir lebih dalam tentang beberapa hal dalam penulisan novel.

Pertama penokohan dalam sebuah cerita. Saya merasa Norwegian Wood ini di tulis dengan memikirkan hal-hal itu. Psikologis seorang tokoh yang amat kuat. Seperti ini misalnya, seorang anak kecil yang tiba-tiba ditinggal ibunya. Kemungkinan-kemungkinan apa yang mungkin terjadi pada anak kecil itu? Boleh jadi anak itu meronta, menangis, dan ketakutan karena tidak biasa dengan kesendirian. Dalam novel ini Murakami memberi gambaran yang jelas tentang itu, hal ini membuat saya berpikir lagi, meskipun fiksi tetap ada pelajaran yang diambil untuk kita terapkan dalam dunia nyata.

Saya pernah membaca Eka Kurniawan dalam jurnalnya, kurang lebih ia menyebutkan bahwa setiap cerita atau novel adalah bentuk psikologis dari seorang tokoh. Mengenai apa yang ia pikirkan, apa yang ia lihat, rasakan, dengar dan pendangannya terhadap sesuatu. Hal ini benar-benar merupakan perihal unik dan setiap orang jelas berbeda satu sama lain. Barangkali sepetti itu yang di maksud Eka dalam salah satu jurnalnya, sebab saya sudah agak-agak lupa dengan apa yang Eka sebutkan. Namun hal itu membuat saya memperhatikan apa itu psikologi penokohan.

Selanjutnya yang saya dapat dari membaca Norwegian Wood, adalah cara Murakami dalam mengenalkan penulis-penulis yang pernah ia baca. Hal ini barangkali adalah serupa dengan memberikan referensi bacaan untuk pembaca bahwa novel ini merupakan novel yang ia tulis setelah membaca novel-novel tersebut. Beberapa nama penulis yang Murakami sebutkan namanya dari novel ini: Takahashi Kazumi,  Oe Ken Zaburo, Misima Yukio, Truman Capote, Updike, Scott Fitzgerald, Raymond Chandler, dan nama-nama lainnya. Dan tentu saja ini hanya dugaan saya.

Norwegian Wood ini di ceritakan dari sudut pandang Toru Watanabe, dari awal hingga akhir cerita adalah Watanabe yang bercerita tentang segala hal. Norwegian Wood ini berkisah tentang Watanabe yang memiliki ikatan dengan Naoko, semacam ikatan perasaan. Kisah di mulai ketika Watanabe mengenal Kizuki, dari Kizuki itulah dia mengenal Naoko, perempuan yang kelak ia cintai yang sebetulnya adalah pacar dari Kizuki sendiri. Memasuki dunia perkuliahan Watanabe berubah menjadi lelaki sangat berbeda setelah mengenal Nagasawa-San. Setiap malam ia pegi dan tidur dengan perempuan yang ia temui di jalan atau di kedai minum. Beberapa hal yang Murakami bahas secara serius disini menurut saya adalah beberapa hal tentang psikologis orang-orang dengan kehidupan bebas tanpa mengenal batas. Untuk keseluruhan ceritanya tentu saja tidak akan saya ceritakan semua. Sila di baca sendiri bukunya jika benar-benar penasaran.

Kebanyakan yang di katakan novel ini adalah hal-hal yang berbau sangat dewasa. Semuanya di perjelas Murakami tanpa berusaha menutup-nutupinya dengan metafora ataupun analogi. Beberapa kalimat terkesan sederhana dan benar-benar sangat mudah untuk di mengerti. Cara bertutur Murakami sangat menyenangkan, tidak terkesan muluk-muluk. Dan seolah takarannya pun pas.

Selama membaca ini saya merasa Murakami benar-benar telah berhasil membuat setting tempat yang jelas seolah-olah seperti melihat sendiri bagaimana sudut-sudut Jepang. Barangkali ini membutuhkan riset yang tidak sebentar. Dan seperti yang saya dapat dari membaca Bernard Batubara, bahwa penulis yang baik adalah penulis yang menulis bangsanya. Dari Murakami saya sedikit banyak telah mengenal Jepang. Tentang stasiun Ueno, Shibuya, bunga Narsis, dan sudut-sudut Jepang lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar