Selasa, 03 Mei 2016

Bacalah Buku, Jika Tak Mau Malu

Orang-orang congkak, mengira bahwa dirinya paling pintar, paling kaya, paling tampan, dan paling-paling lainnya yang selalu berlagak sok-sok an--istilahnya anak muda sekarang--di depan umum itu adalah tanda-tandanya orang yang kurang baca saja.

Orang-orang macam ini sekarang jumlahnya tidak langka, malahan membludak di sembarang tempat dari pasar klontong hingga istana negara, dari kampung hingga kota besar. Mereka berceceran tersebar disembarang tempat di negeri ini.

Dan pasti ketika melihat wajah mereka, aku yakin kalian pasti akan muak dan segera memalingkan wajah atau paling tidak memandang sebelah mata pada mereka. Sebab mereka merasa dirinya punya power yang berlebihan, punya kuasa, punya uang, punya tangan-tangan tak terlihat, ini biasanya pejabat pemerintahan.

Sementara lain lagi dengan yang congkak lantaran merasa ilmunya paling tinggi sebab dirinya telah kuliah di berbagai jurusan dan menamatkan macam-macam gelar kesarjanaan yang ingar bingar itu. Tapi entah bagaimana prosesnya, apa lewat jalur yang halal atau haram saya sendiri kurang tahu. Sehingga tabiat orang-orang demikian, jika berpidato omongannya tak putus dan sungguh membosankan, tak bisa di ajak tukar pikiran, dan satu lagi suka menutup telinga, benci akan kritik dan saran.

Sudah biarkan orang-orang macam itu. Memang ketika kita menutup pandangan, pikiran, pendengaran, kita tak lebih dari katak didalam tempurung saja. Seperti kata dosenku tempo hari bercerita. Setiap ada penderitaanpun orang yang sombong akan berasumsi bahwa Tuhan memberi cobaan yang terlalu berat pada kita, dan merasa seolah tak ada orang di dunia ini yang menderita seberat yang ia rasakan. Begitulah kiranya. Kawan boleh renungkan sejenak terkait perkara itu.

Namun ketika kita tidak berlagak sombong. Mau membuka pandangan, pemikiran, serta mau mendengarkan suara-suara disekitar kita. Tunggu kalian akan tertegun mendapati kebenaran, bahwa diatas langit masih ada langit. Diatas orang pandai masih ada orang pandai lagi. Di bawah orang menderita masih ada orang menderita lagi.

Panggil saja Ia M. Fikri Mabruri, siswa SMK yang berjualan bakwan menggunakan gerobak yang diboncengnya tiap kali berangkat ke sekolah. Katanya ia ingin sekolah sambil bekerja, untuk meringankan beban orang tuanya. (Baca: Semangat Siswa Belajar Sambil Berdagang) ia tidak malu dengan itu, dan tetap berusaha untuk menamatkan bejarnya.

Berita barusan saya dapat usai membaca koran Kompas, 3 Mei 2016. Sebelumnya saya menganggap tak ada penderitaan seberat yang saya rasakan. Namun ketika tahu ada anak yang seperti itu. Dalam benak saya berkata kita ini belum apa-apa. Maka kawanku jangan lantas menjustice suatu pernyataan dulu. Bukalah jendela-jendelamu dulu baru boleh berasumsi. Paling tidak bacalah buku dulu kawan, jika tidak ingin ditertawakan. (4/5)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar