Senin, 12 Oktober 2015

Tidak Ada Yang Paling Baik

Disuatu kampung yang tak perlu saya menyebutkan kampung mana itu. Ada orang yang senantiasa sholat lima waktu ke masjid. Ketika adzan berkumandang ia dengan segera memakai peci dan menyampirkan sarung dipundak. Lantas pergi menuju masjid, dimana adzan dikumandangkan itu.

Tapi di kampung itu, orang-orang tak menganggapnya sebagai orang saleh. Bahkan Ia terkenal sebagai orang yang picik perangainya. Dan amat dibenci oleh warga kampung. Di toko-toko, di jalanan, di warung kopi, di setiap sudut kampung banyak desas desus yang menggosipkan orang itu. Inti desas desus tadi tidak lain adalah perasaan geram warga terhadap tingkah laku orang tersebut.

Pasti yang terlintas dalam benak anda, kok bisa ya orang yang rajin sholat kok malah dibenci warga kampung. Apakah seluruh warga kampung itu non muslim? Tapi nyatanya bisa, dan seluruh warga kampung Alhamdulillah muslim semua. Lantas apa yang salah?

Ternyata ketika saya mendengar secara tidak sengaja dari desas-desus yang bertebaran sudut kampung. Tingkah laku orang itu amat jauh dari perkataan baik. Bahkan sering menyimpang dari nilai-nilai Islam. Seringkali Ia membohongi tetangganya sendiri, mengadu domba orang lain, mencuri barang orang dan masih banyak lagi. Lantas untuk apa Ia sholat? atau bagaimana Ia sholat? Padahal jika kita tahu fungsi sholat salah satunya untuk mencegah dari perbuatan mungkar.

Saya sempat tercengang, ketika telinga saya mendengar dari pembicaraan orang, bahwa orang itu sholat hanya untuk tameng, agar dianggap sebagai orang baik-baik. Naudzubillah, entah itu benar atau salah saya sendiri tak tahu. Tak pantaslah menggunakan sholat sebagai pelindung diri agar disebut sebagai orang baik-baik.

Saya rasa dalam kejadian di atas tak ada yang benar dan tak ada yang salah. Entah itu warga kampung, atau si orang tadi. Karena kedua-duanya tak mencerminkan sikap yang terpuji.

Dari si orang yang menggunakan sholat sebagai tameng dapat kita ambil pelajaran, bahwa bukanlah sholat semata yang menjadikan kita baik di mata orang. Tetapi lebih mengarah pada tingkah laku kita. Dari sini dapat kita ketahui mengapa negeri ini mendapat peringkat diatas seratus, mengenai negera Islami didunia. Lantaran nilai-nilai Islam tidak tertanam dalam tingkah laku penduduknya. Orang Islam adalah orang-orang yang menanamkan nilai-nilai keislaman dalam seluruh tingkah lakunya. Tak cukup hanya melaksanakan sholat atau hanya mengucap syahadat sudah bisa dikatakan Islam.

Yang kedua, pelajaran yang dapat kita ambil dari masyarakat yang suka menggunjing, kiranya tidak pantas kita menjelek-jelekkan orang. Jika itu yang kita kerjakan maka, kita juga tak lebih dari orang yang tak baik. Maka sepantasnya kita mendoakan si orang tadi agar segera kembali kejalan kebaikan, dan mendapat hidayah dari Allah. Biarlah sedikit kisah ini menjadi koreksi diri kita masing-masing. Tidak ada manusia yang paling baik. Yang ada hanya senantiasa berusaha semakin baik.[]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar