Jumat, 01 Juli 2016

Kenapa Harus Menulis?

Sore itu terpaksa saya tidak pulang lagi. Dua hari telah hilang untuk bisa buka bersama keluarga dirumah. Seorang teman yang kutemui dijalan memaksa saya ikut bersamanya untuk buka bersama tiga orang teman lainnya. Yang kesemuanya itu merupakan teman dekat.

Sesampainya di tempat tujaun. Kami mendapat tempat di atas. Lantai dua yang suasananya amat pas. Desau angin sore bertiup sepoi-sepoi seakan mengusir perasaan tak nyamanku barusan. Tikar-tikar di gelar dilantai, membentuk formasi U. Beberapa tikar telah di tempati anak-anak yang hendak mengadakan acara serupa kami, yakni buka bersama.

Aku memilih tempat di pojok. Suasananya nyaman bila melihat ke Kiblat, dibawah tampak jalan raya yang barusan kami lewati. Jalanan padat menjelang ramadhan akhir. Sambil menunggu orang yang paling krusial alias spesial kami bertiga duduk dan menulis menu makan yang hendak dipesan di kertas semacam nota. Dua teman perempuanku itu terlihat kebingungan memilih makanan.

Tak berapa lama orang yang kami tunggu-tunggu tiba juga. Ia memakai kacamata hitam, rambutnya rapi mengkilap efek dari minyak rambut pomade. Seperti biasanya memakai baju muslim lengan pendek berwarna putih. Dan celana khas pejabat atau orang kantoran, hanya saja dia memakai sandal sore itu. Dua teman perempuanku senyumnya mengembang. Terutama dalah seorang yang kupanggil Mbak. Laki-laki yang baru datang ini merupakan pacarnya. Tentulah wajar jika ia sumringah.

Setelah duduk bersama, kami saling bercanda. Laki-laki itu memang selalu bisa mendamaikan suasana. Membuat orang disekitar merasa tenteram, aman, nyaman. Dan kehadirannya selalu ditunggu-tunggu setiap orang, laki-laki itu adalah laki-laki yang selalu dirindukan kehadirannya-- salah satu ciri orang baik menurut kitab dari segala kitab yakni Al Qur'an.

Setelah duduk sekitar tigapuluhan menit, pesanan kami tak kunjung datang. Hingga cerita dari masing-masing kami hampir mengering. Nostalgia kami pun hampir habis untuk diceritakan. Tikar-tikar disekitar kami kini seluruhnya penuh. Pengunjung kian ramai berdatangan.

Dua teman perempuanku memutuskan untuk sholat dulu. Sementara ditempat tinggal aku dan lelaki itu, berdua saja. Tentunya seperti biasa, obrolansku selalu seputar buku.

"Setiao orang yang telah menjadi penulis punya tujaannya masing-masing. Asma Nadia misalnya, ia menulis karena katanya, 'jika kau yakin belum menggenggam pintu surga maka menulislah'. Sepertinya itu yang belum kita punyai.", Ujar laki-laki itu padaku malam itu.

Itu semacam pertanyaan yang amat sulit dan tak bisa ku jawab malam itu. Isi kepalaku seolah telah kuaduk namun tak kudapati jawabannya. Ini menjadi semacam PR dikepalaku dan harus lekas kujawab jika tak mau terterror. Jadilah pertanyaan itu semacam oleh-oleh tersendiri untukku.

Paginya aku teringat blog Bernard Batubara dan Eka Kurniawan yang kubaca kemarin sore. Mereka berdua adalah penulis kawakan yang bukunya telah beredar di toko-toko buku besar semacam Gramedia. Akupun memimpikannya, semoga kelak bukuku beredar disana pula. Bersanding buku-buku mereka.

Mereka berdua itu, senantiasa menuliskan apa saja diblog mereka. Tentang ulasan sebuah buku, cerpen, puisi, dan macam-macamnya. Aku benar-benar ketagihan membaca tulisan-tulisan mereka. Dan benar banyak ilmu yang kudapat dari membaca tulisan-tulisan mereka. Meskipun bagi sebagian orang itu sepele. Namun bagiku tidak.

Itulah jawabannya. Aku menulis karena aku ingin berbagi, aku menulis karena ingin menyampaikan, serta sebagai amal jariyah, ilmu yang bermanfaat. Setiap tulisan akan dirasakan beda pada tiap pembacanya. Ada orang yang suka juga ada orang yang tidak suka. Menurutku itu wajar-wajar saja. Namun yang jarang kita ketahui dari banyak yang tidak suka tulisan kita selalu ada orang suka. Itulah tujauan yang sebenarnya. Untuk berbagi dan untuk memberi.

Sebagaimana layaknya orang baik kita senantiasa dituntut untuk banyak memberi dan banyak berbagi. Dari tulisan-tulisan itulah saya memberi pada para pembaca. Dan selalu berdoa semoga Allah memberi manfaat pada tulisan-tulisan saya yang jauh dari sempurna itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar