Senin, 09 Januari 2017

Apa yang Saya Dapat dari Membaca?

Apa yang saya dapatkan dari membaca? Saya tidak mendapatkan baju baru, makanan enak, Smartphone baru, apalagi mobil baru. Jika mendapatkan di artikan dengan mengantongi material saya akan jawab saya tak pernah mendapatkan apapun, meski hanya selembar kain.

Malahan saya akan mengatakan saya kehilangan banyak. Kehilangan waktu menonton televisi, kehilangan waktu untuk memejamkan mata alias tidur lebih lama, kehilangan waktu bermain atau senda gurau bersama teman-teman. Bahkan boleh di bilang sesekali saya juga kehilangan waktu untuk memikarkan orang yang paling di cinta, saudara, orang tua dan perempuan.

Membaca novel, cerpen dan puisi adalah kesia-siaan, kata banyak orang seperti itu, menurut saya kesia-siaan yang hakiki adalah ketika kita tak pernah membaca apapun. Semakin banyak saya membaca semakin banyak pula saya di datangi keresahan-keresahan. Barangkali Itulah yang bisa saya dapatkan dari membaca buku.

Saya setuju ketika M. Aan Mansyur menulis di artikelnya yang intinya disitu ia menjelaskan tentang 12 hal yang ia pelajari ketika menjadi pustakawan. Didalam artikel itu Aan menyebutkan ketika ia banyak membaca buku, cara pandangnya terhadap lingkungan, menjadi berubah dan resah karena tidak sesuai dengan apa yang ia dapat dari membaca buku.

Memang kenyataannya selalu seperti itu. Namun didalam beberapa novel atau cerpen realisme kita akan mendapati kenyataan dari lingkungan. Haruki Murakami, dalam Norwegian Wood menggambarkan lingkungan Jepang yang mungkin lebih liar, club-club malam di Shibuya, tumbuhan-tumbuhan yang suka tumbuh di pegunungan Jepang, bunga narsis, stasiun Ueno dan beberapa psikologi tentang tokoh yang menderita karena cinta.

Sementara di beberapa cerpen Ahmad Tohari, saya melihat budaya Indonesia yang sebelumnya belum pernah saya sadari jika itu hanya dimiliki Indonesia. Semisal warung pedagang kaki lima, atau angkringan, cara bertutur yang sopan dan amat santun yang umumnya kita tahu kebiasaan-kebiasaan semacam itu barangkali hanya bisa kita temukan di Indonesia.

Karena saya memang juga belajar menulis novel. Maka seperti itulah caranya, saya membacanya, mengamati sejeli mungkin yang saya bisa. Dan terus membaca banyak tentang catatan-catatan penulis yang bukunya mendapat penghargaan. Dan akhirnya saya mengerti, ternyata saya belum apa-apa dibanding mereka. Perjalanan untuk menjadi seperti Haruki Murakami, Eka Kurniawan, Andrea Hirata, Bernard Batubara, M Aan Mansyur, ternyata tidak pendek seperti umur telur ayam.

Maka jika ditanya apa yang kamu dapat dari membaca? Entahlah, saya juga tidak mendapat telur ayam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar