Minggu, 23 Agustus 2015

Whiplash

"Charlie Parker tak tahu siapapun sampai Jo Jones melempar simbal ke kepalanya", Kata Neiman menimpali pamanya.

"Itukah pemikiranmu akan sukses?", Pamannya memotong pembicaraan.

"Menjadi musisi terbaik di abad 20 adalah ide semua orang akan kesuksesan.", Neiman melanjutkan pembicaannya yang sempat terpotong.

"Meninggal dalam keadaan bangkrut dan seorang pecandu pada usia 34 tahun bukan pemikiranku akan kesuksesan.", Ayah Neiman mencoba membela diri. Lantaran dipandang saudaranya bersalah atas kelakuan anaknya.

"Aku lebih baik begitu, tapi orang membicarakanku dibanding kaya dan meninggal di usia 90 tahun, tapi tak ada yang mengingatku.", dengan percaya dirinya Neiman berucap, Seraya menatap pamannya dengan tajam.

Sebelumnya Aku sempat tercenung memikirkan hal itu. Percakapan diatas adalah secuil perkataan amat menancap selama menyimak film 'Whiplash'.

Dalam film tersebut Neiman, laki-laki berumur 19 tahun. Dengan segala impiannya yang amat muluk. Ingin menjadi seorang musisi inti dalam sebuah grup band jazz sebagai penabuh drum. Di universitas Shaffer, satu-satunya sekolah musik terbaik di negaranya.

Tapi perjalanan meraih impian itu tidak semudah membalik telapak tangan. Meskipun boleh dibilang Ia amat berbakat. Kekecewaan, keputus asaan, dan derai air mata berlinang-linang dalam usahanya.

Yang paling mengesankan adalah pemikiran Neiman akan kesuksesan. Jauh melenceng dari pemikiran orang pada umumnya. Jadi cakupan kesuksesan itu amat luas maknanya. Mungkin bisa dibilang sukses itu relatif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar