Senin, 19 September 2016

M Aan Mansyur: Tidak Ada New York Hari Ini

Tidak Ada New York Hari Ini adalah buku kumpulan puisi M Aan Mansyur. Sebelumnya saya sempat membaca Kukila, juga buku M Aan Mansyur namun buku itu adalah kumpulan cerpen. Ketika membaca Kukila saya diam-diam melingkari nama M Aan Mansyur sebagai penulis yang patut ditiru. Rasanya saya bisa belajar banyak tentang menulis fiksi ketika membaca tulisan-tulisannya entah itu berupa cerpen, puisi atau tulisan-tulisannya yang lain yang banyak tersebar di Internet.

Setelah membaca Kukila, penasaran didada saya rasanya semakin memuncak. Dengan diam-diam (juga) saya lantas iseng mencarinya di Instagram juga di Internet. Saya tercengang ketika mengetahui aktivitas penulis yang lahir di Bone ini. Dia ternyata menyibukkan diri diberbagai aktivitas literasi. Saat kuliah dia sempat membuat perpustakaan punggung. Kemudian mendirikan kafe baca yang ia namai Biblioholic. Juga tergabung dalam komunitas Ininnawa. Dan saat ini ia tergabung dalam perpustakaan yang ia namai Katakerja.

Kemudian yang saya lakukan karena semakin penasaran dengannya, adalah membaca biografinya. Disini saya sempat tercengang (juga) ketika mengetahui adanya keselarasan antara cerpen yang ia tulis, dengan kisah perjalanan hidupnya. Sejak kecil Aan memang suka menulis, apapun ia catat dalam buku tulis pemberian kakeknya. Ia juga suka menulis surat. Ini serupa dengan yang tertulis dalam salah satu cerpennya yang terkumpul dalam kumpulan cerpen Kukila.

Sebelumnya saya harus minta maaf dulu pada teman-teman karena melenceng jauh dari apa yang pertama saya niatkan, yakni mengulas tentang buku kumpulan puisi Tidak Ada New York Hari Ini. Tapi sebagai pembaca, kan tidak ada salahnya kepoin penulisnya hehe... . Sebenarnya cara seperti itu saya dapatkan dari Eka Kurniawan, untuk membandingkan karya penulis dengan biografi penulis, apakah ada keselarasan antara keduanya. Dan seperti yang dikatakan Eka Kurniawan ternyata sedikit banyak ada keselarasan antara keduanya. Memang pada dasarnya kita dilarang percaya pada fiksi, namun nyatanya fiksi sedikit banyak bisa terinspirasi dari kisah-kisah nyata. Hanya mungkin, menurut sepengetahuan saya (yang tidak tahu apa-apa ini hehe) kisah-kisah nyata itu diubah menjadi alegori oleh penulisnya.

Ketika membaca buku Tidak Ada New York Hari Ini, saya enggan untuk segera mengkhatamkannya. Dalam hati kecil, saya berharap buku itu tak bisa habis dibaca semakin tebal dan semakin tebal, mungkin menurut teman-teman ini terlihat lucu. Namun nyatanya seperti itu. Dan ini sering saya alami ketika tengah membaca buku-buku bagus lainnya.

Buku ini sebenarnya adalah buku puisi yang dipersiapkan untuk film AADC2. Dalam sebuah artikel dikatakan buku ini merupakan puisi-puisi yang dibuat Rangga dalam film tersebut. M Aan Mansyur mengaku buku ini ia tulis selama tiga bulan setelah tawaran yang ia dapat dari Mira Lesmana. Selama itu, dikatakan oleh Aan bahwa ia banyak membaca tentang New York juga mengikuti akun Instagram orang yang sering memasang wajah New York. Kadang-kadang ia juga membayangkan dirinya menjadi Rangga yang tengah merantau jauh dan rindu akan Indonesia. Semua itu Aan maksudkan untuk mengetahui warna-warni New York serta bagaimana menjadi seseorang yang sedang dilanda rindu. Barangkali ini yang disebut riset.

Tidak hanya itu didalam buku ini juga memuat foto sudut-sudut New York. Foto-foto itu diambil oleh Mo Riza dengan kepiawaiannya sebagai pengambil gambar. Sehingga ketika membaca buku ini saya seakan-akan sedang berada ke New York. Padahal saya belum pernah ke sana hehe... . Entah kenapa ketika membaca ini atmosfer New York sangat terasa dengan berbagai pernak-perniknya. Kesibukannya, dinginnya, juga kenyamanan dan kehangatannya.

Didalam puisi-puisi itu Aan membuat saya terkesima untuk kesekian kalinya. Analogi dan metaforanya amat sangat kaya. Dan setiap membaca puisi itu, saya seakan menemukan kekuatan yang luar. Sepertinya saya sulit untuk menjelaskan dengan kata-kata entah dimulai dari mana. Puisi itu membuat saya suka dan tidak bosan untuk membacanya berkali-kali. Didalamnya seakan tersirat kekuatan, hikmah, dan alegori-alegori yang membuat saya sering terdiam dan merenung untuk mencoba memahami maksud puisi tersebut. Dan kebanyakan saya tetap tidak mengerti. Tapi anehnya saya senang.

Barangkali untuk teman-teman yang menyukai puisi boleh mencoba membaca kumpulan puisi M Aan Mansyur yang satu ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar