Jumat, 24 Juni 2016

Perubahan Selalu Menghasilkan Resistensi

Ternyata tidak cukup hanya punya konsep atau rencana-rencana tentang suatu tindakan. Tanpa di imbangi dengan kepandaian kita dalam menyampaikan konsep kita barusan.

Sore itu adalah sore yang saya tunggu-tunggu, sehari sebelumnya saya sudah menyempatkan banyak waktu untuk sore itu. Menuangkan seluruh gagasan yang menyesaki kepala kedalam proposal. Oleh karena itu waktu saya berlama-lama di perpustakaan terpotong.

Dari jam sepulung pagi hingga jam dua dini hari saya rela berlama-lama didepan komputer untuk menyelesaikan proposal yang besok sorenya harus sudah di ajukan pada ketua kemahasiswaan. Apa yang mendasari kegiatan, apa yang menjadi tujuan, landasan, serta segala hal yang menyangkut kegiatan itu saya tumpahkan didalam proposal tersebut. Dalam benak, saya sudah benar-benar yakin dan kegiatan ini harus di setujui.

Sorenya saya dan dua orang teman menghadap pada wakil kemahasiswaan. Dan tahu apa yang terjadi? Benar-benar diluar dugaan kegiatan tidak disetujui. Saya pikir tidak ada yang salah dengan kegiatan tersebut.

"Orang-orang disini tak gemar membaca, seperti kalian yang tak gemar baca buku pelajaran.", Begitu kata Beliau.

Dan ketika itu saya kembali melakuakan kesalahan. Tak bisa menentang beliau, karena satu hal saya kurang tegas berbicara didepan orang, tak berani menatap mata orang yang saya ajak bicara. Mengetahui, orang itu punya jabatan tinggi dalam suatu lembaga.

Namun ketika saya telah keluar ruangan. Benar, saya sangan kecewa pada diri saya sendiri. Karena masih punya rasa takut. Rasa takut itu adalah takut dipandang jelek orang lain, takut menentang orang tua, kurang tegas, juga sifat saya sendiri yang kurang kritis menyikapi suatu perkara.

Padahal sebenarnya saya bisa menjawabnya, lontaran-lontaran alasan yang tidak realistis, kenapa kegiatan itu tidak disetujui. Pertama, memang dari sebuah masalahlah mengapa suatu tindakan itu perlu dilakukan. Jadi memang karena masyarakat kita tak punyai budaya membaca buku, oleh karena itu perlunya kita mengajak mereka untuk membaca buku. Kita selalu mencoba dan terus berupaya menyelesaikan masalah yang kita tangkap. bukankah, semestinya begitu?

Kedua memang saya sendiri yang harus banyak belajar. Saya begitu bodoh, memangapa saya takut di benci orang, takut tidak disukai orang, bukankah yang paling kita takutkan hanya di murkai Allah. Jika kau pernah membaca biografi tokoh-tokoh besar dunia, mereka adalh orang-orang yang dibenci lingkungan karena gagasan atau tindakannya yang berbeda dari orang kebanyakan. Pak Amien Rais hampir di tembak aparat negara karena mengubah sistem pemerintahan menjadi demokrasi. Namun lihat kini Pak Amien Rais terkenal sebagai Bapak Reformasi.

Sekali lagi saya harus berani berpegang pada prinsip, tidak plin-plan seperti orang tak berpendidikan tak mengenal ilmu pengetahuan tak mengenal agama. Sehingga tidak tahu mana yang baik dan buruk. Sudah seharusnya kita berpikir menggunakan akal, dan senantiasa belajar. Memang pada dasarnya perubahan selalu terhambat oleh bermacam-macam resistensi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar