Kamis, 30 Juni 2016

Untuk Flamboyan(ku)

Entah sejak kapan kau berdiri disana
Pernah kubayangkan membangun rumah,
Dilengan-lenganmu yang perkasa itu.
Pasti menyenangkan bisa tidur sambil,
Menghirup harummu.

Beberapa bulan yang lalu kecantikanmu nampak.
Aku tak menyangka kau secantik itu,
Bunga-bunga berwarna jingga hinggap di sela-sela rambutmu yang hijau.
Aku bertanya-tanya siapakah namamu?

Pada bambu-bambu disampingmu,
Ia hanya mendesis
Pada pohon mangga,
Ia menatapku sinis.
Pada rumput-rumput dibawahmu,
Ia sibuk menatap matahari.

Kau tumbuh cepat seperti perempuan,
Yang kutaksir,
Menawan dan membuatku kasmaran.

Aku pikir sudah delapan kali musim,
Kau lewati dengan kesabaran,
Yang dimiliki ibu.

Sore ini kau masih membisu
Dari balik jendela ini aku memperhatikanmu.
Kau sudah siap untuk menanam anakmu,
Benih-benih baru sudah menghitam disekujurmu.
Kau pasti tahu itu.

Tepat dua hari yang lalu,
Aku tidak sengaja melihat saudaramu (mungkin)
Tertangkap wajahnya di buku puisi
Yang kudapat di perpustakaan umum kota.

Saat itu aku tahu namamu,
Flamboyan, Pohon Flamboyan
Didepan Rumahku. (24 6. 2016)

__(sore ini kutepati janjiku untuk memenjarakanmu dalam sebuah sajak. Yang kutulis saat perutku tengah di hajar rasa lapar)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar