Senin, 06 Juli 2015

Novel Ayah (Andrea Hirata)

Ketika melihat di salah satu akun toko buku di instagram tentang akan terbitnya master piece novel ke- 9 Andrea Hirata yang berjudul "Ayah". Saya langsung terpukau akan eloknya cover novel tersebut. Tidak begitu meriah permainan warnanya, dan di dominasi siluet-siluet orang yang berkerumun di suatu tempat. Macam pasar malam tempat itu. Di tengahnya siluet seorang Ayah dan anaknya terpampang jelas nan tegas terlihat syahdu. Cover rancangan Andreas Kusumahadi itu terlihat misterius sekali. Sedang back cover tertulis banyak informasi mengenai Sang Penulis. Juga dua penghargaan yang diraih Penulisnya juga dicantumkan disitu.

Memasuki lembaran pertama anda akan terpukau untuk kedua kalinya. Sebelum lembaran kisah di tulis. Ada dua lembar yang membuat saya tersihir untuk segera membacanya. Lembar pertama adalah ucapan terimakasih pada seorang guru. Di lembar kedua ini tertulis "Seperti Dikisahkan Amiru Kepadaku". Saya lantas bertanya-tanya dalam benak. Apa yang akan diperbuat Andrea dalam novel kali ini. Takjub bukan main aku dibuatnya.

Seperti biasanya setting novel tetap didaerah kelahiran Penulis. Yang tak lain adalah Belitong. Kampung halaman yang selalu di gamabarkan seperti eutopia. Di episode pertama sudah terlihat jika kisah ini terjadi di Belitong.

Awalnya saya berdalih bahwa novel ini ditulis dengan sudut pandang ketiga. Itu artinya Penulis bukanlah tokoh yang bercerita didalamnya. Tapi seorang yang serba tahu akan kelangsungan cerita itu. Sehingga berbeda jauh dengan tetralogi Laskar Pelangi. Tapi diakhir bab saya terhanyak bahwa bahwa asumsi saya salah telak. Di episode terakhir Penulis kembali hadir dalam cerita.

Alur berjalan maju dan mundur, dua arah. Awalnya saya sempat bingung dengan alur yang dibuat. Tapi alur maju lebih mendominasi novel yang berjudul "Ayah" ini.

Sedangkan tokoh-tokoh dalam novel ini karakternya amat terlihat. Sabari sebagai tokoh utama yang pandai sekali mengarang puisi. Dikatakan dialah Isaac Newtonnya Bahasa Indonesia, alangkah terhenyaknya saya menyadari hal itu. Sabari adalah seorang anak kampung yang jauh dari dambaan wanita. Tapi ia pandai, sangat sabar, setia, berkemamaun keras juga pekerja keras, berkomitmen, juga orang yang sangat unik. Suatu ketika ia jatuh cinta pada Marlena, gadis kampung sebelah yang cantik, elok parasnya, tapi sedikitpun tak mencintainya.

Marlena adalah seorang gadis cantik yang amat Sabari cintai. Anak dari Markoni yang berperangai keras. Pun juga Marlena Ia seorang wanita yang berandal. Tak suka dikekang. Dan suka berkirim surat dengan sahabat-sahabat penanya. Hobinya adalah traveling.

Suatu ketika karena keterpaksaan Sabari dan Marlena pun menikah. Dan dikaruniai seorang anak bernama Zorro. Dari sinilah keajaiban-keajaiban muncul. Zorro adalah anak yang tampan, rupawan, sinar matanya memancarkan keagungan ilmu pengetahuan. Ia juga pandai dalam mata pelajaran, apapun itu termasuk Bahasa Indonesia. Sehingga karena sering dekat dengan Ayahnya, Sabari. Ia pun pandai mengarang Puisi. Silahkan temukan sendiri keajaiban itu dalam novelnya.

Tokoh lainya yang berperan banyak ialah Ukun, Tamat, Toharun, dan Zuraida yang tak lain adalah teman dekat Sabari dan Marlena. Pun juga masih banyak tokoh yang tak mungkin saya sebutkan disini. Juga dengan karakter-karakternya yang cukup kuat.

Kekuatan Penulis mengenai metafora yang berbalut sains atau ilmu pengetahuan yang luas juga didapatkan dalam novel ini. Serta analogi-analogi ringan yang sering membuat saya terpingkal-pingkal karena kelucuannya juga banyak ditemui di novel ini. Metafora dan analogi yang disusun sedwmikian rapa adalah dua hal yang mampu menjadikan karya Bang Andrea memiliki tempat tersendiri dalam hati setiap pembaca. Tapi jujur di tengah-tengah novel kiranya dua hal tersebut sangat miskin kadarnya. Tapi penulisannya yang renyah mampu menutupi kekurangan tersebut.

Mungkin yang sedikit berbeda dengan karya-karya sebelumnya. Di novel yang penulisannya membutuhkan waktu selama 6 tahun lamanya. Banyak terdapat filosofi-filosofi yang tak pernah terbayang dalam benak. Satu yang paling saya ingat. "Konon waktu terbaik dalam hidup manusia adalah ketika manusia mengetahui untuk apa dia diciptakan. Ketika sabari tahu mengapa ia beri Tuhan dengan telinga mirip telinga wajan. ..." sungguh dalam pernyataan tersebut. Dan masih banyak filosofi-filosofi sederhana yang kerap membuat saya terangguk-angguk mengatakan iya ya.

Garis besarnya cerita ini berkisang tentang perjuangan seorang ayah untuk anaknya. Serta kisah cinta luar biasa yang belum pernah di jumpai dalam kisah-kisah lain. Cerita memang butuh pemahaman yang lebih. Meskipun penulisannya amat ringan. Dan segala kemisteriusan cerita akan terkuak di episode terakhir berjudul "Purnama Ke Dua Belas". Dan ternyata Zorro adalah Amiru. Silahkan temukan sendiri keluarbiasaan maha karya, master piece seorang Andrea Hirata sebagai Author dari Indonesia.

Sekian Resensi Novel "Ayah". Mohon maaf Bang Andrea saya ijin meresensi novelnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar