Kamis, 09 Juli 2015

Ramadhan (22): salah dan lupa

Memang sudah kodratnya manusia ini tempat salah dan lupa. Kita juga sering berbuat salah sekaligus lupa jika kita telah berbuat salah. Parahnya lagi kita telah berbuat salah tapi tidak tahu jika itu sebuah kesalahan. Maka alangkah angkuhnya kita jika enggan untuk belajar.

Yang paling sulit dihindari adalah sifat sombong, meskipun kesombongan itu hanya ada dalam benak. Hanya dalam benak, belum terealisasi menjadi sebuah perbuatan. Kesombongan itu juga hakekatnya mirip dengan perasaan bangga akan kelebihan yang dimiliki. Dan perasaan itu terlalu dibesar-besarkan.

Misal ketika seseorang telah dipanggil dengan kiai. Lantas pekerjaannya hanya i'tikaf, atau membaca kitab kuning. Menurutnya pekerjaannya itu lebih mulia dari apapun. Bahkan lebih mulia dari mencari batu kali. Meskipun pada dasarnya tujuan mancari batu kali itu tak lain untuk membangun masjid. Maka menurut pendapat kiai tadi pekerjaan tersebut lebih cocok jika para santri yang mengerjakannya.

Banyak orang yang lalai, bahwa baginda Nabi tidak pernah membacakan kitab kuning. Beliau lebih condong pada praktek akan nilai-nilai keIslamannya. Sehingga beliau lebih tepat di sebut sebagai Al-Quran berjalan. Semua prilakunya adalah pencerminan dari kandungan Al-Quran. Beliau selain mengerti juga mengamalkan. Alangkah eloknya akhlak beliau.

Meskipun beliau adalah seorang rasul. Belaliau tak canggung untuk turun ke jalan untuk berdakwah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar