Rabu, 22 Juli 2015

Mental-mental Juara

Masyarakat sangat antusias dengan perlombaan kemerdekaan yang diadakan oleh para pemuda Karang Taruna kampung. Berbagai kalangan dari balita, anak-anak, remaja, bapak-bapak, ibu-ibu, serta kakek nenek pun turut meramaikan acara perlombaan.

Rencananya acara dimulai pukul 19.00 tapi baru bisa berjalan satu jam kemudian. Sudahlah! Memang seperti ini budaya jam karet yang telah melekat di masyarakat. Dan sungguh sulit untuk mengubahnya. Ibaratnya seperti menawarkan rasa asin air dilautan. Sungguh mustahil kawan!

Tapi bolehlah jam karet itu kita kesampingkan terlebih dahulu. Tepat satu jam kemudian warga dari berbagai golongan itu memenuhi perempatan kampung. Duduk berderet-deret di tepi jalan. Bercampur aduk tak memperdulikan ras, gender, ataupun perbedaan lainnya yang seringkali diperdebatkan. Sejenak mereka larut bak gula dalam air teh. Ternyata perlombaan tak hanya menciptakan tawa tapi juga menciptakan pluralisme.

Sejurus kemudian sound system sudah terhubung dengan instalasi listrik. Ini artinya perlombaan sudah siap dimulai. Perempatan kampung menjadi ribut karena para warga tak pernah tenang. Mereka tak sabaran. Telingaku amat bising mendengar percakapan mereka. Suara percakapan mereka kini bercampur alunan musik dangdut yang diputar oleh seorang operator sound system berwajah garang.

Anak-anak berlarian menuju panitia yang duduk didekat sound system mendafatarkan diri. Setelah perempuan berkerudung merah mempersilahkan mendaftar. Muka-muka riang bermekaran dari wajah mereka. Malam ini seolah malaikat-malaikat pembawa kabar gembira turun dari langit menghibur anak-anak. Syahdu sekali suasana malam ini.

Lantas perlombaan berlangsung seru, mendebarkan, dan banyak menyita perhatian warga. Para peserta lomba yang didominasi anak-anak di bawah usia 15 tahun sangat antusias. Wajah mereka memancarkan keinginan untuk menjadi pemenang. Sebelum Aku tak menyangka akan mendapat pelejaran berharga dari mereka. Dari anak-anak kampung yang dekil, apa adanya dengan kesederhanaan busananya, potongan rambutnya, bajunya juga lusuh. Tapi Aku suka dengan mental mereka. Merekalah mental-mental juara. Yang tetap bertarung tak memilih unjuk gigi. Dari pada hanya menjadi penonton. Mereka memilih bertarung terlebih dahulu meski tahu akan kalah. Mereka sudah berani mencoba. Try and try again.

Ternyata perlombaan yang berlangsung ini. Memberi banyak manfaat. Seperti melatih mental. Menumbuhkan semangat berjuang. Merekatkan silaturahmi. Belajar fair play. Dan yang pasti menumbuhkan kepercayaan diri anak-anak kecil. Yang kelak akan menjadi penerus kita. Dan siapa tahu merekalah yang akan menjadi para pemimpin yang elok akhlaknya. Macam Mahatma Gandhi. Atau lebih-lebih seperti Rasulullah Saw.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar