Rabu, 08 Juli 2015

Ramadhan (21): Belajar Sabar

Sesuai hasil rapat yang telah ditentukan bersama. Hari rabu 8 Juli 2015 adalah waktu pengiriman Proposal Permohonan Dana untuk acara tahunan yang akan diselenggarakan Agustus nanti. Tepat siang tadi mau tidak mau aku dan salah seorang temanku berangkat untuk mengirimkan proposal tersebut.

Awalnya berat sekali melangkahkan kaki. Apalagi sekarang sedang berpuasa cuaca pagi ini pun amat terik. Diluar sana panas matahari serasa membakar kulit, pastinya akan menambah rasa dahaga. Tapi bagaimana pun juga ini untuk kepentingan kelompok. Aku tidak boleh egois. Berpuasa bukan berarti untuk bermalas-malasan. InsyaAllah jika niat berpuasa sudah betul, lilllahi ta'ala. Puasa pun akan terasa nikmat.

Tepat pukul 10.45 kami berangkat. Benar, matahari serasa membakar kulit meskipun kami memakai jaket. Motor melaju kencang sehingga angin menampar-nampar muka kami. Karena terik matahari angin pun terasa panas. Tenggorokan rasanya amat kering. Ludah dimulut pun mulai terasa pahit, amat mencekat. Semoga Allah memberi kekuatan untuk menunaikan ibadah puasa ini, cuma itu doaku dalam benak. Memang harus kita sadari, kita adalah makhluk yang lemah tanpa bantuan-Nya.

Usai sholat Dhuhur di salah satu masjid dalam perjalanan. Kami bergegas mendatangi toko-toko besar yang telah kami list sebelumnya. Besar harapan kami, Direktur toko-toko besar itu akan berkenan menyumbangkan dana untuk kegiatan yang akan kami adakan. Didepan toko aku dan temanku sudah siap dengan Proposal di tangan, lantas merapikan baju serta menyisir rambut terlebih dahulu agar nanti terliahat rapi dan meyakinkan didepan Donatur.

Kami berlaku sesopan mungkin. Mendekati resepsionis toko dengan meminta permisi kemudian mengucap salam Assalamualaikum. Resepsionis yang amat tebal bedak mukanya. Sedikitpun tak hirau akan kami, bahkan salam pun juga tidak dijawab. Ia malah asyik menghitung segebok uang yang ada ditangannya. Aku pun kemudian menerangkan maksud dan tujuan kami datang. Kemudian di akhir kata  aku berkata,"Bagaimana Bu?". Resepsionis perempuan itu sedikit menatapku dengan pandangan sinis, sejenak dia tak menjawab. Kemudian kuulangi lagi pertanyaan terakhirku. Lalu dia berkata, "Bawa pulang saja mas, sudah banyak Proposal menumpuk dibawah meja". Kemudian dengan sopan aku meminta izin pamit. Kawanku berkali-kali mengeluh pada ku ingin menonjok muka perempuan tadi. Mungkin Ia amat jengkel dengan kelakuan perempuan tadi. Aku hanya tersenyum melihat kawanku. Kemudian bilang sabar, sabar. Sambil mengelus dada kukatakan padanya. Aku tahu dia tidak puas dengan jawaban ku.

Ditoko kedua dan ketiga pun sama perlakuannya. Kami ditolak mentah-mentah. Yang paling aku sesalkan ialah salam yang ku ucapkan kerap kali tak di jawab oleh mereka. Padahal sebuah salam hakekatnya adalah sebuah doa yang baik padanya. Hendaknya dijawab terlebih dahulu.

Bagaimanapun juga tak boleh kita berprasangka buruk pada meraka. Yang paling baik adalah mendoakan semoga Allah memberikan hidayah-Nya pada mereka.

Sementara kawanku mulai gusar. Ia sering ngomel-ngomel sendiri. Ia amat kesal pada perlakuan para penjaga toko itu. Mungkin Ia juga kesal padaku, sebab Aku tak sepaham dengannya. Ia juga mulai mengeluh, katanya pekerjaan ini sia-sia.

Untungnya Ia masih mau ku ajak untuk tetap lanjut. Untuk kesekian kalinya kami di tolak lagi dan lagi. Tapi cukup lumayan kami ditolak dengan sopan. Dan akhirnya entah di toko urutan keberapa ada donatur juga yang berkenan menyumbang meskipun tak seberapa nominalnya.

Rasanya hari ini kami mendapat banyak pelajaran. Salah satunya adalah belajar bersabar. "Man shabara zafira". Ketika kita bersabar, ketika itu juga kita menjadi pribadi yang kuat. Tidak mudah mengeluh atau cengeng dalam menghadapi cobaan. InsyaAllah Allah melihat hamba-hambanya yang berusaha. Apalagi jika kita berusaha sambil meminta pada-Nya. Niscaya apa yang kita harapkan akan tercapai. Bukankah Allah Maha Melihat dan Maha Mendangar pula. Semoga Allah selalu melimpahkan berkah pada kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar