Selasa, 22 September 2015

Belajar Bermain

Belajar. Mengingat kata itu, yang terlintas di pikiran adalah potongan-potongan kejadian masa kecil. Dimana Ibu senantiasa sabar menghadapi anaknya ini yang sungguh keterlaluan nakalnya. Disuruh belajar malah asyik bermain. Tapi entah dengan berapa kalilipat kesabaran Ibu senantiasa sabar menemani waktu belajarku.

Dulu Aku menganggap belajar adalah suatu kegiatan yang amat menjemukan. Yang harus selalu kulakukan setiap hari sehabis sholat maghrib. Belajar apalagi kalau bukan belajar membaca, mengaji, dan menulis. Semua itu karena kehendak ibuku.

Meskipun pernah sekali dua Aku lebih memilih bermain dari pada belajar bersama ibu. Tetap saja tak terlintas raut muka kesal melintang di wajah ibuku. Sempat aku bertanya dalam benak. Mengapa ibu tidak marah lantaran aku memilih bermain dari pada belajar pada waktu itu.

Seiring berjalannya waktu, detik menjadi menit. Menit berganti jam. Jam ditelan hari. Hari bersatu dengan tahun-tahun yang berjalan sebagaimana mestinya. Sudah tidak mungkin lagi bagi Ibu untuk menemaniku belajar menyelesaikan soal-soal matematika yang semakin pelik urusannya. Atau mengajariku tentang hukum-hukum fisika yang syarat akan keputus asaan dalam mengerjakan. Lantaran rumus-rumusnya yang kian hari kian panjang saja.

Sudah tidak mungkin lagi ibuku mengajariku tentang semua itu. Toh Ibuku hanya seorang lulusan sekolah menengah.

***

Sehingga semua nya harus kujalani sendiri. Kuhadapi sekuat tenaga. Tanpa henti pernah minta bantuan lagi. Kini semuanya terserah kehendakku entah belajar atau tidak usai sholat maghrib, sekarang bukan lagi urusannya. Seolah Ia selalu menyetujui setiap apa yang kukerjakan.

Tapi ternyata dari situlah aku mengerti bahwa ibuku adalah orang yang amat mengerti tentang hakekat belajar. Ia tahu bahwa hal yang dinamakan belajar bukanlah sesuatu yang memiliki arti sesempit apa yang pernah kuduga sewaktu kecil.

Ia percaya padaku bahwa setiap saat dimanapun aku berada. Aku selalu belajar. Bukankah belajar bukanlah hal yang hanya ada sangkut pautnya dengan nilai, atau rangking di kelas. Jauh diluar itu belajar merupakan kegiatan yang senantiasa kita kerjakan. Tanpa kita sadari. Bahwa belajar adalah proses yang amat panjang, bertahap dari ketidak tahuan menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa. Bahkan berjalan pun melalui hal yang dinamakan belajar. Yaitu belajar berjalan.

Itulah sebabnya mengapa ibu tidak marah ketika Aku lebih memilih bermain dari pada belajar. Sebab bermain pun merupakan sebuah pembelajaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar