Minggu, 06 September 2015

Bertobat Sedini Mungkin

Jika kita renungi setiap hari, pastinya banyak sekali dosa yang kita perbuat. Entah itu kita sadari atau tidak kita sadari. Seringkali kita menggunjing kawan, mencari-cari keburukan kawan lantas kita perbincangkan dengan orang lain. Atau berpikiran buruk tentang sesuatu alias su'udzan. Itu sudah merupakan perbuatan yang berdosa.

Tapi karena sering kita lakuakan. Atau sudah menjadi kebiasaan. Kita merasa itu biasa-biasa saja. Dan tidak lagi merasa bersalah atas perbuatan yang sebenarnya salah untuk dilakukan itu. Dan hal itu kiranya berlaku untuk segala perbuatan salah atau berdosa yang sering kita lakukan sehari-hari. Misalnya menjahili kawan, mencuri barang orang, atau perbuatan-perbuatan buruk yang tidak mungkin kita sebutkan satu-persatu disini.

Mengapa kita merasa biasa-biasa saja dan sama sekali tidak merasa bersalah atas perbuatan dosa yang sering kita lakukan? Itu semua lantaran noktah-noktah dosa sudah sangat bantak lantas menyelimuti nurani. Saya yakin setiap orang yang baru pertama kali melakukan kesalahan atau dosa. Pastinya akan ada perasaan bersalah dalam lubuk hati yang terdalam. Begitulah seterusnya, tapi lama-kelamaan perasaan bersalah itu akan semakin tidak kentara, dan amat tidak membekas sama sekali di hati. Lantaran kita sudah terbiasa berbuat salah.

Dan itulah hukuman terberat yang sangat di takuti. Yaitu ketika nurani kita tidak peka lagi terhadap dosa yang telah di perbuat. Dan kita merasa nyaman berkabung diantara dosa-dosa yang telah kita perbuat berulang kali. Seolah telah menjadi hal yang biasa. Padahal kata Ibnu Jauzi dalam Shaidul Khatir, hukuman terberat bagi para pendosa adalah perasaan tidak merasa berdosa.

Betapa ruginya kita saat nurani sudah tidak dapat lagi mendeteksi kesalahan-kesalah yang telah kita perbuat. Kita sudah tidak merasa gelisah, bersalah, atau takut akan dosa-dosa yang telah kita perbuat. Semua itu lantaran dosa-dosa tadi telah menebal memendam titah nurani. Itu artinya perasaan kita sudah tidak peka lagi terhadap dosa yang telah kita lakukan.

Dan ketika hal itu sudah terlanjur menjadi kebiasaan maka amat merugilah diri kita. Sehingga untuk dapat menghindari hukuman terberat bagi para pendosa itu adalah. Segera bertobat sedini mungkin. Bersikeras mengakiri pebuatan-perbuatan dosa itu. Mengucap istighfar seraya merenungi kesalahan-kesalahan yang telah kita perbuat.

Sehingga kebahagian hakiki niscaya akan tercipta. Yaitu ketika jiwa ini merasa tenteram, merasa nyaman, dan merasa amat damai dengan kehidupan yang sedang kita jalani. Meskipun hidup kita sederhana-sederhana saja.

Sidorejo, 5 September 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar