Senin, 07 September 2015

Cacian Sampai Perpecahan

Tak jarang kita saling mancaci antar sesama teman. Entah itu sebuah ketidaksengajaan atau kesengajaan. Selama mencaci kita serasa biasa saja, sama sekali tidak merasa bersalah. Bahkan ada yang merasa senang sekali ketika bisa mencaci dan mempermalukan kawannya.

Kejadian macam itu tak sulit kita jumpai sehari-hari. Dari anak kecil sampai dewasa pun ada. Jujur Saya pun sering mencaci kawan. Malahan hingga kawan saya tadi terlihat agak kesal. Saya tidak sadar bahwa cacian-cacian yang saya lontarkan telah menyakiti perasaannya. Hingga suatu ketika saya pun pernah mengalami posisi yang serupa dengan kawanku. Dan memang sungguh tidak enak rasanya.

Maka tidak menutup kemungkinan apabila terjadi perselisihan antara kedua belah pihak. Sempai terjadi baku hantam satu sama lain. Berawal dari cacian menjadi perselisihan, bahkan mungkin bisa menjadi perpecahan. Alangkah buruknya kejadian macam ini.

Hanya karena berbeda warna kulit lantas kita saling merendahkan. Hanya karena bentuk hidung yang lain dari pada umumnya kemudian seenaknya saja kita mengolok-olok. Hanya karena hal-hal kecil seperti itulah perpecahan sering terjadi.

Sebagai Manusia yang hidup di bumi. Sama-sama menginjak tanah. Sama-sama memakan nasi. Juga sama-sama menyembah Tuhan Yang Maha Esa. Alangkah baiknya kita saling menghargai satu sama lain. Bukankah Allah pun telah menyebutkan dalam Al-Quran bahwa, Allah menciptakan Manusia dalam berbagai ras, suku, berbangsa-bangsa adalah agar kita saling mengenal.

Bayangkan ketika manusia diciptakan oleh Allah dalam satu ras, satu bangsa, hidung yang sama, kulit yang sama, mata yang sama. Lantas bagaimana cara kita saling mengenal?  Jika semuanya di ciptakanNya dalam bentuk serupa. Bukankah semua itu ada hikmahnya tersendiri.

Maka alangkah zalimnya kita jika saling mencaci sesama. Menjelek-jelekkan sesama. Yang jarang kita sadari kita telah merendahkan dan menjelekkan ciptaanNya. Betapa tidak tahu dirinya kita.

Plosowahyu, (7/9)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar