Jumat, 12 Juni 2015

Ngobis Ahmad Rifai Rifan (Copy SPN)

Saya mau share hasil resume with Mas Ahmad Rifa'i Rif'an ya 📢📢📢

Ngobis With Ahmad Rifan Rifa’i
Senin 08 june 2015

Tiap bulan ada ribuan buku baru yg terbit. Berapa yg best seller? Dikiit banget. Sisanya hanya numpang nampang beberapa minggu di rak toko buku, setelah itu terpaksa diretur ke gudang penerbit karena penjualan yg kurang baik.
Maka sebagai penulis, jangan asal buku kita terbit, beredar di Gramedia se-Indonesia, lalu puas banget dg hasil itu. Jangan sampe. Percuma buku udah terlanjur beredar tapi gak ada peminat.
Karena sekarang nerbitin buku mudah banget. Gak sesulit dulu. Sekarang tiap orang bisa nerbitin bukunya sendiri, baik dg self publishing atau indie publishing.
Penerbit sekarang juga gak seketat dulu dalam menilai sebuah naskah buku. Saya melihatnya makin mudah saja meloloskan naskah buku. Sehingga bisa kita lihat, buku dg isi yg biasa saja banyak memenuhi rak toko buku besar di Indonesia.
Maka tahapannya seperti ini:
1. Asal nulis
2. Asal jadi satu buku
3. Asal terbit
4. Asal best seller
Yg sekarang belum suka nulis, segera naik ke tangga 1, tulis apa aja, yg penting terus mengasah diri dalam hal menulis. Yg sudah di tangga 1, segera naik ke tangga 2, tulis dan selesaikan buku perdanamu, apapun temanya, yg penting jadi satu buku.
Yg sekarang di tahap 2, segera naik ke tangga 3, tulis buku yg layak terbit. Kalau bisa ke penerbit besar dulu untuk tahu buku kita udah layak terbit atau belum. Setelah buku udah terbit dan beredar, targetkan buku kita harus best seller.
Mungkin pertanyaan2 kayak gini pernah singgah di kepala kita; Mengapa kita harus menulis buku best seller? Apakah lakunya sebuah buku menjadi tujuan utama bagi penulis?
Bukankah saat kita menulis dengan tujuan best seller berarti tulisan kita harus menyesuaikan dengan selera pasar? Bukankah itu berarti kita sudah menjual idealisme kita?
Bukankah lebih baik kita menulis buku sesuai jiwa kita tanpa perlu banyak berpikir apakah buku yang kita tulis itu diminati pembaca atau tidak?
Teman-teman sekalian, saya tahu akan banyak sekali pertanyaan yang mungkin hadir dalam pikiran temen2 ketika saya mengatakan bahwa kita hendaknya menjadikan best seller ini sebagai salah satu target ketika sedang menulis buku. Mengapa? Karena bisa jadi kita sudah dirancukan dengan anggapan bahwa tidak boleh ada target ganda. Ada yang mengungkapkan bahwa best seller atau tidak itu tidak penting, yang penting kita menulis dengan niat menebarkan inspirasi kebaikan.
Padahal menurut saya kalau bisa diupayakan keduanya, mengapa milih salah satu? Bukankah lebih baik kalau kita menulis buku untuk menebarkan inspirasi, untuk berdakwah, sambil mengolah tulisan supaya jadi best seller?
Jadi best seller merupakan salah satu upaya agar buku kita dibaca dan dinikmati sebanyak mungkin orang. Bukankah dampaknya akan lebih luas jika buku kita diminati oleh pasar? Ketika buku kita best seller berarti persebaran buku itu semakin luas dan ide-ide yang kita sampaikan di dalam buku ujung-ujungnya berpotensi untuk dibaca lebih banyak orang dibanding ketika buku kita biasa-biasa saja.

Pertanyaan mengapa harus menulis buku best seller kini bisa kita jawab dengan sederhana, yakni agar buku kita dibeli sebanyak mungkin pembeli, diminati sebanyak mungkin pembaca, dan pada akhirnya inspirasi yang kita sampaikan persebarannya semakin luas.
Maka selalu berupayalah agar buku kita best seller. Bersemangatlah untuk menjadikan naskah kita semenarik mungkin untuk dibaca. Jangan sampai kita sudah susah-susah menulis, lantas buku kita merana tak berdaya di pojokan toko buku, hanya karena kita asal-asalan dan tidak terlalu serius dalam mengemasnya.
Niat kita nulis buku mungkin beda-beda. Ada yg niatnya finansial, pengen dapet penghasilan. Ada yg pingin populer, pingin namanya dikenal masyarakat luas. Ada yg ingin berdakwah, menebarkan inspirasi kebaikan kepada sesama. Dan lain-lain. Yg jelas, apapun niat kita, best seller itu harus.
1. Niat Dakwah
Misal, niat kita nulis buku adalah berdakwah, maka jangan sampai kita nulis sekadarnya tanpa memedulikan buku kita diminati masyarakat atau tidak. Kalo buku kita gak laku, dakwah kita dampaknya untuk siapa? Kita tidak sedang mendakwahi rak toko buku. Maka jangan biarkan buku kita terdampar di toko buku se-Indonesia lalu kita puas bukan main. Padahal tersebarnya buku kita ke seluruh Indonesia belum tentu sebanding dg diminatinya buku tersebut.
Tapi kalau niat dakwah kan udah dapat pahala? Bener, tapi alangkah lebih baik lagi kalau niatnya dakwah, dampak dakwahnya juga luas. Saya pernah mendapat komentar dari non muslim yg membaca buku Hidup Sekali, Berarti, Lalu Mati. Kalau teman2 sudah baca buku itu, pasti tahu benar bahwa ini buku motivasi Islami. Nuansa islamnya kental banget. Mengapa non muslim tertarik baca? Karena di covernya, gak ada tanda2 ini buku Islam. Kayak motivasi umum saja. Setelah dia baca isinya, ternyata dia berkomentar, bahwa dia kagum dg keindahan ajaran Islam yg baru dia tahu lewat tulisan di buku itu. Mendengar kisahnya bikin saya semangat untuk menulis buku yg lebih menginspirasi lagi.
2. Niat Finansial
Apalagi yg niatnya emang mencari penghasilan dari nulis buku. Best seller ini hukumnya wajib. Orang yg sering nanya, "Apa kita bisa hidup hanya dari menulis?" hampir bisa dipastikan dia bukan penulis best seller. Mengapa? Karena penulis best seller pasti sudah menemukan jawabannya, dan jawabannya adalah bisa banget. Saya alumni Teknik Mesin ITS. Lulus dari ITS saya kerja di perusahaan sebagai Mechanical Engineer. Di kantor duduk depan komputer seharian, dari jam 8 sampai jam 4 sore, Senin sampai Jumat, tapi penghasilannya ternyata sama dg royalti satu buku saya yg best seller. Serius.
Salah satu buku saya yg best seller adalah Tuhan, Maaf, Kami sedang Sibuk. Sejak 2011 sampai hari ini saya terus menerima royalti dari buku itu. Dan royaltinya tiap bulan lebih dari gaji saya waktu masih kerja kantoran. Artinya, umpama sejak 2011 sampai hari ini saya tidur ngorok di rumah tanpa kerja apapun, insyaAllah saya masih bisa menafkahi keluarga, karena royalti dari penjualan buku2 yg best seller terus mengalir ke rekening saya meskipun saya sedang tertidur pulas. Syukurnya, kita hidup bukan hanya untuk itu. Andaikan cuma buat uang, maka cukup sisakan waktu 2-3 bulan untuk menulis satu buku best seller, lalu silakan tidur selama bertahun-tahun, insyaAllah hidup temen2 akan tercukupi dari royalti itu. .
Best Seller Bisa Diupayakan
Yang harus kita sadari dan yakini, bahwa best seller itu bisa diupayakan. Bukan sebuah kebetulan.
Setelah kawan2 sepakat bahwa menulis buku itu harus best seller, kini saatnya kita sharing tentang upaya apa saja yang bisa kita lakukan untuk mengusahakan best sellernya buku yang kita tulis.
Cerita dulu. Saya menulis buku mulai tahun 2009. Tapi jika anda amati, mengapa buku-buku saya yang terbit 2009-2010 ada yang best seller dan kebanyakan tidak, sedangkan buku saya yang lahir setelah 2011 hingga saat ini hampir semuanya cetak ulang dan best seller?
Yg saya rasakan, 2009-2010 adalah masa saya dalam belajar dan meraba-raba, buku seperti apa yang diminati dan dibutuhkan oleh pembaca. Nah, mulai 2011 baru saya menemukan jawabannya. Itulah sebabnya mengapa buku yang terbit setelah 2011 selalu cetak ulang dan best Trik Saya Saat Nulis Buku
Saya tidak mengatakan bahwa trik ini teori untuk jadi best seller. Ini hanya berdasar pengamatan, pengalaman, dan yg saya terapkan selama beberapa tahun terakhir saat menulis buku:
1. Judul gak boleh biasa. Yg seringkali saya lakukan, ketika mendapatkan kalimat yg jleb banget, langsung saya tulis di HP. Dan ketika punya ide nulis buku baru, saya akan korek2 note2 itu, mana yg paling sesuai untuk saya jadikan judul buku yg sedang saya tulis.
Misal, dulu saya pernah dapat kalimat "Tuhan, Maaf, Kami sedang Sibuk". Saat mendapat kalimat itu, saya belum punya naskah bukunya. Tapi kalimat itu sudah tersimpan dalam note saya.
Nah, saat saya ingin bikin buku renungan, saya spontan terpikir kalimat itu yg paling tepat jadi judul. Alhamdulilah sampe sekarang buku itu masih masuk Top Ten, sepuluh buku terlaris di Gramedia se-Indonesia.
2. Cover. Percayalah bahwa desain cover punya pengaruh yg cukup besar terhadap diminatinya sebuah buku. Maka jangan asal dalam hal cover. Di toko buku, ada jutaan buku yg terpajang di rak. Artinya, buku kita bersaing dg jutaan buku itu. Kalau cover kita biasa saja, besar kemungkinan pengunjung akan melewatkan buku kita begitu saja. Tidak tertarik memegangnya.
Saya bahkan pernah menarik kembali naskah buku yg hendak diterbitkan di sebuah penerbit nasional karena tidak sepakat dg covernya. Karena jika buku bagus dikemas dalam cover yg tidak menarik, khawatirnya tidak terjamah oleh pembaca karena mereka  tidak berminat membuka isi bukunya karena tampilannya yg kurang memikat mata.
3. Penasaran. Benar, bahwa penasaran itu identik dg pemasaran. Buatlah pembaca penasaran dg buku kita. Caranya bisa macam-macam. Bisa dengan mencantumkan banyak pertanyaan di cover belakang buku yg jawabannya ada dalam buku kita. Bisa dg meceritakan sebagian isi dari buku yg akan terbit pada buku-buku sebelumnya.
Coba tebak, mengapa dari 70-an buku yg saya tulis, buku "Allah, Inilah Proposal Cintaku For Girls" hingga saat ini masih menjadi buku saya dg penjualan tercepat hingga hari ini? Jawabannya bisa teman-teman temukan dengan mudah pada halaman prolognya. (Ini termasuk cara bikin penasaran, hehe)
4. Best Selling Author. Maksudnya? Sematkan gelar "penulis best seller" pada diri kita sendiri. Ini serius. Pembaca lebih tertarik membaca buku dari orang yg memang bergelar penulis best seller. Artinya, buku2nya sudah tidak diragukan lagi. Kalau susah dapat gelar best seller dari masyarakat atau dari penerbit, ya udah, bikin diri kita punya gelar best seller. Caranya? Gampang banget. Ini yg pernah saya lakukan sebelum buku saya bener2 best seller. Ini saya bongkar di sini. Jangan cerita siapa2.
5. Testimoni dari tokoh yg sedang booming. Salah satu sebab best sellernya buku saya yg "Man Shabara Zhafira" dan "Hidup Sekali, Berarti, Lalu Mati" adalah karena testimoni tokoh2 yg mengisi back cover kedua buku tersebut. Di sana ada nama Ust. Yusuf Mansur, Ippho Santosa, Mario Teguh, A. Fuadi, Parlindungan Marpaung, Muhammad Assad, dll. Popularitas mereka bisa mengangkat buku2 tersebut. Kalau semua tokoh itu bilang buku ini bagus, masyarakat biasanya akan mengamininya.
6. Soft Selling. Sering2 lakukan soft selling, jualan dg cara halus. Bisa dg menyisipkan dalam cerita2, artikel2 di blog, atau ceritakan pada buku2 kita yg lain. Mau tahu contoh kongkrit tentang soft selling? Baca ulang penjelasan saya dari awal tadi. Itu termasuk soft selling. Tak terasa saya sebenernya bikin teman2 tertarik dg buku2 saya. Berapa judul buku saya yg pengen temen2 baca setelah baca penjelasan saya dari tadi? :)
7. Beri Manfaat kepada Calon Pembaca. Penulis pemula biasanya saking hebohnya dg bukunya yg baru terbit, lalu tiap hari melakukan promosi di media sosialnya. Isi facebook dan twitternya promo bukuuuu terus. Udah gitu promonya blak-blakkan terus. Halal sih, tapi kurang elegan.
Saya juga nggak jarang promoin buku. Tapi gak tiap hari. Yg lebih sering justru manfaat apa yg bisa diambil dari calon pembaca kita. Beri kalimat2 inspiratif. Tuliskan nasehat2 kebaikan. Itu yg lebih diseringkan. Nah, ketika pembaca merasa sering dapat pencerahan gratis dari kita, ketika kita promoin buku, kawan kita pun tanpa disuruh beli juga akan tertarik beli dg sendirinya.
Sebenernya ada buanyak banget trik lain yg mendukung best sellernya buku yg kita tulis. Misalnya, bahasa yg kita gunakan harus yg sederhana, jual ke target market yg tepat, bikin acara launching yg ekstrim, dan seterusnya. Tapi karena waktu yg singkat, yg lain bisa kita bahas di kesempatan lain.
Pertanyaan :
Anitri
Kak genre bacaan itu mempengaruhi bahasa tulisan ya kak seperti bacaan untuk remaja menggunakan bahasa remaja meski tidak menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar  itu nggak apa-apa kak?
Jawaban:
yes. kecuali kita nulis skripsi, kalo nulis buku populer, pilih diksi yg paling mudah dipahami target pembaca kita jadi, gak harus baku, hak wajib ikut eyd. gak wajib ikut eyd
Feedback :
Jadi bisa pakai kata2 gaul sehari2 kak selama tema dan dan genre cocok sama sasaran kita?
Ya, boleh bangeeet

Pertanyaan :
Fibri
Oke Terimakasih. Kak fai, sebelum kita menulis, baik kah ketika kita meminta pendapat teman"? Semacam penelitian kecil"an tentang judul atau isi buku
Jawaban :
Harus. Lebih baiknya lg nanya ke target pembaca langsung Jd gak harus temen. Karena temen kita bisa beda dg target pembaca yg kita sasar.

Pertanyaan :
Dini
1. gimana cara mas fai mengatasi writer's block/stuck sementara deadline semakin mendekat?
2. lalu timeplan seperti apa yang mas fai terapkan hingga bisa menerbitkan puluhan buku dlm waktu yg singkat?
Jawaban :
Kalo sudah mentok, sy istirahat, lalu ngerjain hal laen, bs jln2, baca, becanda dg anak dan istri2 sy. *maap. istri dan anak2 saya 😁.time plannyaaaa tiap ada waktu luang, saya baca, nulis dan gak ada pembagian waktu yg tetap tiap hari

Feedback:
tp tiap hari apa ada jadwal yg dikhususkan buat nulis mas?target tulisan jg?
Jawaban :
ak ada mb. jd nulis saya tiap pingin. bawa hp. jd bs kapan aja. itu mungkin yg bikin cepet, Jd nulis gak usah direncanain kpn. Karena inspirasi datengny gak terduga

Pertanyaan :
Saskia
Kak, buku itu bisa dikategorikan best seller kalau sudah apa ya? Kalau udah banyak yang beli gitu atau gimana? Hehe
Jawaban :
Nah, gak ada ketetapan baku. Gramedia biasanya naik cetakan ketiga udah best seller, ada penerbit yg nunggu terjual 10rb buku baru best seller. tp rata2 cetakan ke3 biasanya udah best seller, sekali cetak sktr 3000-5000 buku, jd 3 kali cetak ya sktr 15rb an gitu.

Pertanyaan:
Annisa
Gimana cara ngatur waktu nya itu mas fai?jadi ayah, kerja, nulis, ngurus rmh baca, ngurus penerbitan juga.. 😱😱😱
Jawaban:
Paling sering nih ya, aktivitas saya tiap hariii. Pagi sampai jam8 saya di rumah bantu2 istri, mandiin anak, dll. Habis itu saya ngurus usaha (marsua media). habis dhuhur baca dan nulis bntar. habis itu kumpul keluarga sampe mlm.  tengah malem bangun. sholat, baca, dan nulis lg sampe shubuh  udah 😊

Pertanyaan :
Anitri
Kalau minta testimoni sama orang terkenal gmn caranya kak kan kita ga kenal? Apa dia punya waktu untuk membacanya kak?
Jawaban:
Searching kontak yg bs dihubungi. Orang terkenal yg baik banyak kok 😁

Pertanyaan :
Fibri
Kira" berapa bulan ya? Minta testimoni orang sibuk 😁
Jawaban :
tergantung yg dimintai testimoni. bs 1 menit, bs seumur hidup, Ke ust. Yusuf mansur dulu bbrp jam, pas gak sibuk mungkin

Pertanyaan :
Husna
Banyak juga penulis penulis zaman dulu yg buku best seller. Sekarang buku nya sudah tidak terlihat lagi. Kenapa ya kira kira? Apa karena uda kalah saingan dengan penulis pendatang baru ya?
Jawaban :
Bisa karena udah pada punya buku beliau, jd ngapain beli lg 😊

Pesan Dari mas Rifa’i untuk PKW
Nulis aja terus. Jangan berhenti sampai menghadap Allah 😊

Dan jika ingin membeli buku Ahmad Rifan Rifa’i Bisa di cari di gramedia dan SMS langsung ke Mba Fiyah (085648922360) like Fp Marsua Penerbit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar