Selasa, 30 Juni 2015

Ramadhan (14): Bolehlah Warung Makan Tetap Beroperasi

Dibulan Ramadhan ini warung-warung makan banyak yang tidak buka. Pun juga ada yang buka tapi malu-malu alias masih menerima pembeli dengan cara sembunyi-sembunyi. Saya yakin anda mengerti apa yang saya maksud.

Anggapan banyak orang tentang kasus ini pun banyak. Bahkan ada yang menganggap kasus ini tak patut dilakukan. Apa pemilik warung tak tahu, kalau perbuatannya mengganggu orang puasa, begitu ujarnya. Memang boleh saja berpendapat, toh ini negara demokrasi. Dimana setiap orang boleh berpendapat.

Sah-sah saja memang berpendapat. Tapi jauh hari sebelum Ramadhan tiba. Saya pernah membaca suatu artikel di salah satu media sosial yang judulnya, jika tidak salah "Menghormati Orang Yang Tidak Berpuasa". Saya sempat termenung memikirkan isi dari artikel tersebut.

Isinya pun sangat bertolakan dengan pendapat kebanyakan orang yang memberikan stigma buruk pada pemilik warung yang buka pada siang hari, di bulan Ramadhan. Seperti sekarang ini. Bahkan bisa dibilang Penulis artikel tadi malah mendukung, boleh-boleh saja! Tidak masalah! Jangan berprasangka buruk dulu terhadap Penulis artikel tadi. Kalian boleh kecewa jika menganggap artikel tadi adalah tulisan orang non muslim. Ia seorang muslim.

Didalamnya mengatakan, buat apa kita merisaukan para penjual makanan yang masih membuka warungnya. Bahkan sampai capek-capek mengatai yang tidak-tidak pada mereka. Bukankah itu urusan mereka, mau beroperasi atau tidak. Toh orang-orang disekitar kita tidak semuanya muslim. Jadi, ada juga orang yang tidak sedang puasa. Maka kita yang tengah berpuasa setidaknya harus mengerti.

Jika sedang berpuasa ya berpuasa saja. Tidak usah berpikiran buruk terhadap mereka. Jika kita sibuk, mempermasalahkan Mereka. Malahan kita yang patut dipertanyakan kualitas puasanya. Juga salah kaprah jika kita mengartikan puasa sebagai ibadah yang hanya menahan makan dan minum saja. Tapi lebih dari itu. Juga menawan hawa nafsu. Yaitu menahan kita dari segala perbuatan-perbuatan kurang terpuji.

Jadi meskipun warung-warung tetap beroperasi. Jika niatan kita dalam berpuasa sudah benar-benar, benar. Kita tidak akan memperdabatkan hal-hal kecil seperti itu. Sebaliknya jika puasa kita hanya ikut-ikutan,  tidak hanya lihat orang makan di warung kita akan ikut. Tapi Lihat orang maksiat kita ikut. Lihat orang berkata kotor juga ikut. Semoga kita tidak tergolong orang yang demikian dan mampu menjadikan puasa sebagai kendali diri. Dan meningkatkan ketaqwaan kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar