Senin, 29 Juni 2015

Ramadhan (10): Orang Yang Dikunci Mati Hatinya

Sering kita berjumpa dengan orang-orang yang keras wataknya. Tidak sulit menemukan orang bertabiat demikian. Orang-orang yang apabila berdebat maunya menang sendiri, tidak peduli pendapatnya benar atau salah.

Dan apabila diberi penjelasan untuk pembenaran, bahwa yang Ia lakukan barusan adalah salah. Dia akan tak acuh dan tak mau tahu. Memandang dengan sebelah mata. Juga mendengar dengan sebelah telinga saja. Bukan malah memperhatikan dengan seksama lantas mempertimbangkan penjelasan tersebut.

Jujur saja, Saya sendiri pun pernah berlaku demikian. Tidak jarang saya sering membantah pendapat orang. Dan selalu menganggap bahwa diri sendirilah yang paling benar. Pendapat sendirilah yang paling benar. Tanpa terlebih dahulu mempertimbangkan pendapat orang lain.

Inilah akibat dari rasa individual yang sangat tinggi. Merasa lebih dalam segala hal dari orang lain. Saat seperti inilah rasa egois juga sombong akan muncul. Orang lain akan menganggap kita sebagai pribadi yang angkuh. Dan perlahan-lahan orang terdekat akan merasa gusar dengan kita. Akhirnya enggan berkawan dengan kita.

Salah apabila kita selalu merasa benar karena merasa ilmu yang dimiliki lebih tinggi. Itu sombong namanya. Dalam buku Agus Mustofa menjelaskan bahwa Allah tidak akan menurunkan ilmuNya pada orang-orang yang berbuat sombong, serakah, dan zalim.

Dan Allah pun benci nian pada orang-orang yang menyombongkan diri, salah satunya seperti orang yang tak pernah bisa menerima pendapat orang lain karena merasa angkuh. Enggan apabila dibenarkan oleh orang lain. Mungkin seperti inilah orang-orang yang dikunci mati hatinya oleh Allah. Tak ada sedikitpun petunjuk dari Allah untuknya. Dan celakalah orang-orang yang demikian seperti banyak dikatakan dalam ayat-ayat Al-Quran. Naudzubillah.

Inilah orang-orang yang sombong. Merasa bahwa dirinya sudah terlalu pintar, pandai, dan berpengetahuan luas. Maka dari itu Ia enggan untuk belajar. Sebaliknya orang-orang yang selalu belajar dan belajar lagi. Selalu merasa bahwa ilmunya kurang. Ia sering mendengarkan dari pada membantah. Berpendapat usai mempertimbangkan terlebih dahulu. Dan mampu mengambil pelajaran apabila melakukan kesalahan. Tidak serta merta keras mempertahankan pendapat yang nyatanya salah.

Mungkin pada orang-orang yang demikianlah Allah memberikan petunjuknya. Menuntunnya pada jalan yang lurus. Lantaran Ia jauh dari kesombongan. Buktinya ia mampu mengambil pelajaran di setiap kejadian. Semoga kita tergolong orang-orang yang diberikan petunjuk oleh Allah swt. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar