Kamis, 14 Mei 2015

Malam Selat Bali!

Malam itu menjadi malam yang bisa di bilang mengesankan. Ya, cukup mengesankan jika dibanding malam-malam biasanya. Jam tanganku menunjuk pukul 11.47 itu berarti tiga belas menit kedepan adalah tengah malam. Sampai saat ini sedikitpun aku tidak merasakan kantuk, malah sebaliknya badan masih terasa segar seperti pada waktu pagi. Dimana aku baru saja terbangun dari tidur ku.

Mungkin saja itu karena malam ini adalah malam pertamaku berlayar meninggalkan Jawa untuk beberapa hari kedepan. Dua perasaan yang kini hinggap menyelimutiku. Dan saling bertolakan satu sama lainnya. Itu adalah rasa cemas dan riang. Bukankah itu saling bertolakan kawan?

Baru saja Bus yang kunaiki berhenti. Kami, aku dan 45 kawanku terpaksa harus turun. Lantas berjalan kaki menuju ujung pelabuhan. Meskipun ada beberapa anak yang terseok-seok, itu tidak lain karena rasa kantuk. Kami tetap saja berjalan saling beriringan. Pelan dan tetap bersama-sama bagai keluarga besar.

Angin laut terlalu dingin untuk menggelayuti tubuh kurus keringku. Dingin sekali angin laut malam ini. Mengalir melalu sela-sela diantara kami. Kawan-kawanku riang. Beberapa mendekap tubuh mereka masing-masing. Mencoba mengusir dingin yang menancap. Lainnya memeluk selimut, atau semacam selendang yang dikenakan layaknya selimut di Bus tadi. Itulah anak perempuan.

"Hey lihat anak itu!", salah satu temanku mengacungkan tangannya ke tepi pelabuhan. Ya tuhan elok sekali pemandangan di depan ku. Anak-anak kecil berenang. Menyelam kedasar lautan. Lalu beberapa saat muncul lagi kepermukaan. Sambil mengangkat tangan. Menunjukkan koin yang dilempar tadi berhasil ditemukan. Mereka gesit, sigap, mengejar koin yang dilemparkan para penumpang kapal saat melintas jembatan dari pelabuhan ke kapal.

Ramai sekali suasana ujung pelabuhan. Dipenuhi orang yang berbondong-bondong kekapal. Atau di bawah kapal ada beberapa orang berjaket tebal sedang mengatur kendaraan masuk kapal. Sedang kawan-kawanku masih riang melihat anak tadi. Beberapa melempar koin lima ratusan rupiah. Lantaran Ingin melihat atraksi itu lagi.

Aku semakin cemas juga bertambah riang. Cemas karena apa? Karena ini adalah kali pertama aku naik kapal. Aku takut ada apa-apa dengan kapal ini. Bagaimana kalau kapal tiba-tiba tenggelam? Bagaimana kalo mesinnya tiba-tiba mati di tengah lautan? Bagaimana jika terjadi apa-apa dengan teman-teman ku nantinya? Bagaimana jika? Haduh Puluhan pertanyaan membuatku mengernyitkan jidat. Membuat kepalaku pening. Pertanyaan itu begitu saja muncul ketika sebentar lagi aku harus menjejakkan kaki di kapal. Tapi di sisi lain aku juga riang ingin sekali tahu rasanya naik kapal. Ingin sekali tahu eloknya memandang lautan di malam hari. Juga memandang rasi bintang-gemintang di atas sana.

Bagaimana ini naik apa tidak? Batinku semakin bergejolak. Peluh-peluh di mukaku mulai menyembul. Helaan napas beriringan dengan degup jantung yang semakin cepat. Beberapa kawanku telah berada di atas kapal. Melambaikan tangan kearahku. Riang. Mengajakku untuk cepat naik.

Ya Tuhan semoga Engkau senantiasa melundungi kami. Aku menghela napas untuk kesekian kalinya. Seraya berdoa dalam batin. Meminta perlindungan-Nya. Memasrahkan semua kecemasan pada-Nya. Allah Tuhan yang memelihara semesta. Tempat dimana umatnya memohon dan berlindung.

###

Kini aku tepat berada di atas kapal. Menjejakkan kaki di atas lantai kapal. Menatap wajah-wajah riang. Di atas sini. Beberapa yang lain tengah sibuk berfoto. Mengambil gambar suasana laut di malam hari. Mengabadikan momen dalam jepretan kamera. Kami berada tepat di atas kapal paling tinggi. Dimana ruang kemudi kapal berada tepat di pinggirku.

Malam selat bali! Lihatlah pemandangan pelabuhan yang sungguh elok. Beberapa kapal sibuk berlabuh. Menurunkan barang. Beberapa lagi tengah beranjak meninggalkan pelabuhan melewati selat bali. Persis kapal yang kutumpangi ini. Bintik-bintik berkilauan terlihat dari kejauhan. Itu tidak lain adalah puluhan lampu di Bali.

Kapal perlahan meninggalkan pelabuhan menuju Bali. Tenang, ombak malam ini bisa di bilang cukup tenang. Goncangan-goncangan kecil tidak begitu berkesan. Terimakasih Tuhan.

Aku begitu senang malam ini. Tengah malam di selat bali. Beserta teman-teman baikku. Salah satu teman mengajakku berfoto saat ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar