Senin, 11 Mei 2015

Pemarah dan Hulk

Kalian pasti tahu salah satu superhero tokoh Marvel yang berbadan besar dan berwarna hijau. 'Hulk' itulah nama superhero satu ini. Awalnya dia hanya manusia biasa seperti kita. Tak punyai kekuatan yang mengerikan. Tubuhnya juga berukuran normal seperti kebanyakan orang lainnya. Tapi suatu ketika semuanya berubah. Perubahan itu berawal dari sebuah percobaan mutasi gen yang gagal. Hingga akhirnya ia mampu berubah menjadi raksasa hijau yang buas nan mengerikan.

Saya jamin anda akan berlari kencang, ketakutan jika berhadapan langsung dengan superhero satu ini. Mukanya yang awalnya tampan berubah mengerikan. Tubuhnya yang standar berubah semakin besar. Semuanya berubah dari warna kulit yang awalnya putih berubah jadi hijau. Begitu juga sifatnya yang awalnya ramah jadi pemarah. serta buas bak hewan liar. Ia tak segan-segan menyakiti kawannya ketika tengah berubah. Seolah-olah dimatanya kawan atau lawan adalah dua hal yang sama persis. Dan tak begitu diperdulikannya. Ia juga tega sekali jika hanya disuruh untuk melukai keduanya.

Seolah matanya tak mampu melihat atau membedakan mana yang baik dan buruk. Sifat ini serupa sekali dengan keadaan kita sewaktu marah. Bisa dibayangkan bukan betapa mengerikannya ketika sedang melihat orang yang marah. Secara reflek kita akan memilih untuk menjauhinya.  Bahkan seorang guru ngaji pun yang suka marah-marah. Saya yakin tidak lama muridnya akan pergi satu persatu karena ketakutan.

Orang yang tengah marah. Kebanyakan akalnya tak bisa berfungsi secara normal. Tak bisa membedakan mana yang salah dan mana yang benar. Misalnya seperti ini, ada seorang Bapak yang tega memukul anaknya sebab baru saja si Bapak tengah bertengkar dengan istrinya. Padahal anak tidak salah apa-apa tapi mendapat imbas dari kemarahan. Maka tidak salah kalau marah dianalogikan sebagai sebuah api. Akan merambat dan terus merambat jika tidak dipadamkan. Dan jika telah usai marahnya ia baru sadar jika telah berbuat salah. Ia akan sangat menyesal sekali telah berbuat khilaf. Melukai buah hatinya sendiri.

Makanya tidak jarang jika seorang pemarah kekurangan teman. Melihat saja enggan, apalagi bercakap-cakap, lebih-lebih berteman. Siapa yang sudi berteman dengan seorang pemarah yang terkesan mengerikan dan hobi melakukan kekerasan. Saya kira tidak ada. Pasti akan khawatir dilukai si pemarah itu.

Oleh karena itu saya rasa penganalogian pemarah dangan Hulk adalah tepat sekali. Perlu diketahui juga bahwa si tokoh yang memerankan Hulk pun tak ingin ia berubah lagi menjadi monster tersebut. Ia berupaya untuk menahan amarahnya. Tak tanggung-tanggung yang Ia laukukan agar mampu menahan amarahnya. Lantas ia mengikuti terapi menahan amarah. Di situ Ia harus rela dipukuli badannya juga mukanya dengan perjanjian Ia tidak boleh marah.

Sampai segitunya upaya untuk menahan amarah agar bisa menjadi orang yang sabar. Padahal didalam Islam diajarkan tata cara mengendalikan amarah. Dimulai dari perintah untuk duduk jika sebelumnya kamu marah dalam keadaan berdiri. Jika masih marah maka berbaringlah. Dan terakhir kita di suruh mangambil air wudlu jika cara sebelumnya tak mampu mereduksi amarah.

Jadi jika tak mau serupa dengan Hulk. Maka jangan sekali-kali hobi menyandang amarah. Mengenakannya sebagai kebiasaan. Bukankah orang yang banyak teman dan disukai orang banyak adalah orang yang santun, penyayang, dan sabar. Maka dari itu mari berlomba-lomba untuk memperbaiki diri!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar