Jumat, 22 Mei 2015

Percakan Malam

Awalnya aku berniat untuk mengikuti kelas malam bahasa Inggris. Tapi setelah melihat kelas, hanya ada empat orang yang tengah menyelesaikan tugas bahasa inggris. Lantas mereka memberitahu bahwa tak ada kelas malam hari ini. Alias libur.

Setelah mengetahui hal itu. Aku memutuskan untuk kembali, setelah berpamitan pada mereka beberapa saat lalu. Membalikkan badan dan melangkahkan kaki. Melihat lurus kedepan. Koridor lantai dua lengang usai maghrib. Tak ada seorang pun yang berkeliaran, meskipun hanya duduk-duduk di salah salah satu kursi panjang yang berada di depan setiap kelas.

Tapi pada langkah yang belum melebihi delapan. Seorang bersweater dan tergantung ransel dipunggungnya keluar dari salah satu ruangan yang aku tahu itu adalah ruang dimana mahasiswa dapat menunaikan sholat. Persis delapan meter didepanku.

"Hei boy!", berjalan sigap sambil melambaikan tangan kearahku. Dan sedikit tersenyum tipis.

" Darimana Mr!", spontan tanyaku padanya. Aku tahu persis siapa dia. Aku biasa memanggilnya Mr. Ismed. Dialah orang yang memberi perkuliahan bahasa inggris pada malam ini. Mengajariku berbicara bahasa inggris selama kurang lebih sudah dua bulan lamanya. Tapi Speaking ku masih acak-acakan terkadang salah Grammar, tidak hanya satu dua kali tapi mungkin sudah ratusan.

Kemudian beberapa saat lagi. kami akan terlibat pembicaraan yang cukup panjang. Aku mengurungkan niat untuk pergi. Dan memilih duduk disalah satu kursi panjang di depan kelas.

"Fat tolong persiapkan beberap pertanyaan untuk besok ya! Dan tolong tepat waktu, ingat jam satu ya! Tolong kamu koordinir teman-temanmu juga ya!"

"Okay Mr. Jangan kawatir!"

Kemudian setelah berbasa-basi cukup lama. Pembicaraan ini berubah menjadi percakapan yang berkelas. Tentang kesuksesan dan saling memotivasi. Entah dari mana percakapan ini tumbuh. Awalnya hanya biasa-biasa saja. Seperti yang aku tahu percakapan antara dua orang memang sulit untuk berhenti. Bak lalu lintas disiang hari.

"Habiskan kegagalan mu di waktu muda. Berusaha dan terus berusaha. Jangan pernah takut untuk mencoba. Jadi bunuhlah kemalasan. Kamu lihat tokoh-tokoh besar. Ia belajar dari kegagalan. Memperbaiki dan terus memperbaiki kesalahan. Tapi kita dapat belajar dari mereka. Jika bisa langsung berhasil mengapa tidak?"

Aku menatapnya lamat-lamat, Mr. Ismed balas menatapku menjelaskan dengan intonasi meyakinkan. Tangannya reflek mengikuti ucapannya. Seperti yang kita tahu itulah efek samping dari meresapi apa yang dilakukan. Aku mengangguk-angguk pelan. Pertanda mengerti apa yang ia ucapkan. Semangat berkobar menyala kembali.

"Okay Mr. I will do it!", seperti biasanya aku membalasnya bersemangat. Dengan pelafalan yang agak sengau-sengau. Belum cukup lancar pronoun ku. (Cukuplah cerita malam itu)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar