Jumat, 08 Mei 2015

Poster Untuk Kartini

Kursi-kursi biru saling berhimpitan satu sama lain melingkar membentuk huruf U. Satu dua anak mulai berdatangan lantas duduk di salah satu kursi yang mereka sukai. Ruang aula seluas kurang lebih 9 x 10 meter yang beberapa saat lalu lengang. Kini di penuhi anak-anak berseragam putih. Laki-laki perempuan serempak berdatangan memasuki ruangan. Sambil membawa crayon, pensil warna, dan tentunya, kerabatnya juga ikut.

Mereka bergegas mengambil tempat duduk di aula. Lantas menunggu untuk beberapa menit. Instruksi dari panitia terdengar lebih dari jelas. Keluar dari loudspeaker yang berdiri di dua sudut depan aula.

Iya, boleh dibilang ini adalah kali kedua aku ikut dalam lomba menggambar poster di kampusku. Mewakili kelas. Bukan kerena aku pandai dalam menggambar, suka menggambar, apalagi berbakat. Tapi karena tak ada lagi yang mau mewakili kelasku. Jadi tak ada rasa bangga sedikitpun melekat pada benakku. Biasa saja kawan. Mungkin itu yang lebih cocok mewakili perasaanku jika ditanya bagaimana rasanya.

Terpaksa? Tidak juga. Sesuai dengan motto hidup. Selalu melakukan sebaik yang dapat di lakukan. Iya, itulah yang dapat kulakukan saat ini untuk mewakili kelasku. Meskipun setahun yang lalu aku gagal dalam perlombaan yang serupa dengan saat ini. Tapi aku cukup bangga, setidaknya aku tidak mengalah sebelum berperang.

Aula semakin meriah. Orang-orang berbaju putih mendominasi di sini. Alunan music DJ menghentak-hentak mengisi setiap sudut ruang. Disampingku duduk anak perempuan sambil memangku kotak crayon. Mengucapkan ciss! Ketika kilatan cahaya mencuat dari kamera digitalku. Iya, sekarang dia sedang difoto. Ah tidak tepatnya dia dan aku sedang difoto teman perempuan kami. Ruangan menjadi riang sekali. Anak-anak lainya saling bercengkrama, sesekali terdengar canda tawa mereka. Aku rasa tak ada satu orang pun di ruang ini yang tengah berduka. Aku juga tidak. Tapi tidak terlalu riang juga. Mungkin lebih tepatnya biasa saja.

Jam yang menggantung di dinding depan tepat menunjuk pukul 01.30 lantas panitia mempersilahkan untuk memulai lombanya. Kini kami telah duduk dilantai. Di depan kami tergelar kertas manila seukuran sembilan lembar kertas A4 dan di sekitarnya alat-alat tulis beserta crayon tergeletak sembarangan.

Partner ku sudah memulai menggambar dari tadi. Meskipun ia terlihat kurang yakin dengan gambarnya. Sesekali goresan pensil yang hampir membentuk gambar wajah, Ia hapus beberapa bagian. Mungkin karena terlihat kurang sempurna baginya. Tapi aku kira gambarnya tak ada yang salah. Ia sudah mulai bekerja dengan alat tulisnya memeluk kertas manila didepannya. Berjibaku dengan imajinasi yang harus terbatas waktu. Waktu sudah dimulai beberapa menit lalu. Dan aku masih merasa kebingungan. Apa yang harus kulakukan. Otak kananku serasa mati tak ada sedikitpun insting seni yang keluar. Ya tuhan! Waktu semakin habis.

Detik demi detik, menit demi menit mulai berguguran. Aku masih kebingungan mengamati temanku sedang bekerja. Beberapa tim lain pun sudah sibuk dengan kerjaannya. Memulai proses menggambar. Sibuk menggoreskan pensil. Juga crayon ke kertas manila yang berada didepan meraka masing-masing.

Keraguannku tak kunjung lenyap. Aku tak yakin mampu menggambar padahal biasanya jari-jariku ringan untuk disuruh menggambar. Ah sudahlah. Berat sekali. Aku mulai memaksa. Menggoreskan pensil. Meskipun sesekali aku menghapusnya. Kina kami mulai bekerjasama.

Yah, ternyata tidak terlalu buruk. Kami sudah mulai leluasa. Menikmati saat-saat menyelesaikan gambar kami. Dan akhirnya waktu usai. Begitu juga dengan poster kami. Cantik sekali. Di salah satu sudutnya tertera tanda tangan kami. Peringatan hari kartini. Dengan poster berjudul Kartini, utamakan ASI, untuk Si bayi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar